Mohon tunggu...
Eduardus Fromotius Lebe
Eduardus Fromotius Lebe Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan Konsultan Skripsi

Menulis itu mengadministrasikan pikiran secara sistematis, logis, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menanti Asa "Komite Sekolah"

24 September 2021   06:02 Diperbarui: 26 Oktober 2021   14:45 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orang Tua (Bengkulu.kemenag.co.id)

Pembaca Kompasiana yang budiman, pernahkah terpikirkan, bahwa komite sekolah dapat  memberikan masukan kepada guru-guru tentang cara mengajar yang efektif? Ataukah hal ini sangat tidak lumrah? Atau ada yang berpikir bahwa masalah pembelajaran buka urusan komite sekolah. Tentu kita masing-masing punya prespektif yang berbeda akan jawaban dari masing-masing pertanyaan tersebut.

Jawaban nya cukup sederhana, bahwa memang dalam menjalankan tugasnya, pengurus komite sekolah dapat memberikan masukan termasuk mengenai proses pembelajaran. Ini tidak berarti komite sekolah sedang merusak independensi guru dalam mengajar. Selama masukan itu relevan dan untuk kepentingan siswa maka sudah selayaknya dipertimbangkan.

Dalam diri pengurus komite sekolah, melekat identitas sebagai orang tua siswa, dan juga melekat profesi dan jabatan dalam kehidupan nya sehari-hari. Penulis ingin menegaskan bahwa seseorang yang menjadi pengurus komite sekolah bisa juga merupakan seorang dosen di fakultas keguruan. Bukankah ini menjadi kekuatan tersendiri dalam bekerja sama antara komite dan guru.

Seorang teman guru dari salah satu sekolah terkenal di Jawa pernah menceritakannya tentang peran komite sekolah yang mendominasi dalam memberikan masukan dan evaluasi. Bagaimana tidak, komposisi pengurus komite tersebut dari latar belakang pendidikan yang berkaitan langsung dengan pembelajaran. Dari lima pengurus komite sekolah, satu diantara nya adalah seorang Doktor teknologi pendidikan, dua diantaranya adalah magister pendidikan dan tiga lainya adalah magister manajemen.

Sepintas komposisi pengurus komite sekolah tersebut bisa saja membuat para guru sedikit kurang percaya diri. Dari cerita yang diperoleh hampir setiap kali perempuan komite sekolah mengevaluasi proses pembelajaran berdasarkan laporan yang didapat dari orang tua. Tentunya sangat berbeda dengan kondisi komite sekolah di Flores. Yang hampir setiap kali pertemuan bicara uang dan uang.

Bagi penulis komite sekolah paling tidak memahami dunia pendidikan. Ini menjadi penting agar komite sekolah bisa memberikan  masukan-masukan yang tepat. Di lain pihak, masukan yang baik dapat dengan mudah difollow up oleh sekolah secara bertanggung jawab.

Kedua, program kerja komite sekolah yang tidak terukur. Berbicara mengenai program kerja komite sekolah memang tidaklah mudah. Berdasarkan pengamatan penulis, seringkali program kerja komite sekolah tidak terkonsep secara baik. Alhasil, banyak program yang dibuat tanpa eksekusi atau hanya sebatas wacana saja.

Ukuran keberhasilan program kerja komite sekolah saat ini hanya sebatas pembangunan fisik. Program pembangunan fisik memang membutuhkan finansial yang tidak sedikit. Tidak mengherankan jika ada kesan bahwa bicara komite sekolah berarti bicara uang. Kesan ini selalu terngiang dalam benak orang tua siswa.

Komite sekolah seharusnya memiliki peran yang lebih jauh dari pada sekedar lembaga yang berperan mengumpulkan dana dari orang siswa. Di sekolah-sekolah tertentu, komite sekolah berperan dalam mengevaluasi kinerja guru. Selama tidak mengintervensi kemerdekaan guru, selama itu tidak menjadi masalah.

Idealnya komite sekolah harus memiliki kemampuan pedagogik yang baik. Program kerja komite sekolah harus mampu meningkatkan kualitas sekolah. Salah satu langkah untuk meningkatkan kualitas sekolah adalah memastikan proses pembelajaran berjalan secara baik. Oleh karena itu, fungsi kontrol dari komite sekolah menjadi prioritas utama.

Ketiga, kewenangan komite sekolah dalam bayang-bayang kepala sekolah. Ini kondisi yang miris dan memprihatinkan. Ada kesan bahwa komite sekolah itu adalah bawahan kepala sekolah. Ini bukan sekedar tuduhan atau sebatas apriori penulis, ini adalah fenomena yang terjadi di lapangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun