Mohon tunggu...
EDROL
EDROL Mohon Tunggu... Administrasi - Petualang Kehidupan Yang Suka Menulis dan Motret

Penulis Lepas, Fotografer Amatir, Petualang Alam Bebas, Enjiner Mesin, Praktisi Asuransi. Cita-cita: #Papi Inspiratif# web:https://edrolnapitupulu.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Teror Bom Sarinah: Antara Kecolongan, Gagap dan Guyonan serta Slogan Anti Takut

15 Januari 2016   12:57 Diperbarui: 15 Januari 2016   18:20 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya tidak melihat penanganan teror kemarin seperti layaknya demo pengamanan pemilu yang pernah ditayangkan oleh media massa yang merupakan gambaran taktis kepolisian mengantisipasi huru-hara di kawasan Ring I hanya sekedar display belaka, begitu ada huru-hara sungguhan atau terror cenderung gagap responnya. Pejabat eksekutif pemerintah mungkin sudah saatnya  menerjunkan pasukan TNI membantu kepolisian guna menghadapi dan antisipasi teror di kemudian hari. Pasukan TNI cenderung lebih taktis dam lebih siap menghadapi pertempuran terbuka maupun tertutup. Hal ini guna mereduksi jumlah  korban sipil dan aparat juga kerugian material dalam penanganan teror di kemudian hari.

3.  Masih banyak orang tertentu yang menyebarkan foto korban dan meme guyonan peristiwa teror, seolah-olah hanya peristiwa biasa dan berlindung dari kelemahan moral/ etis dengan menyuarakan tidak takut teror. Saya sebagai  awam, bilamana berada pada situasi teror seperti kemarin, jelas merasa takut karena takut adalah hal yang alamiah sehingga saya mampu mengendalikan diri serta berempati terhadap korban dan keluarga korban serta bersimpati kepada aparat keamanan yang berjuang dengan rasa takut terkena serpihan bom dan terjangan peluru dalam menumpas pelaku teror. Saya prihatin.

Boleh saja memberikan semangat tidak takut teror. Kejadian teror di berbagai negara di dunia belakangan ini termasuk Indonesia adalah jelas hal yang menakutkan. Hal ini bukan berarti mengurangi rasa empati kita untuk turut merasakan duka dan ketakutan korban dan keluarga korban.

Sepatutnya bangsa Indonesia mengumandangkan perkabungan nasional sejenak atas jauhnya korban jiwa dan korban luka sesama warga negara Indonesia dan tetap berdoa serta lebih waspada dan menyadarkan kaum sebangsa atau tetangga kita bilamana ada yang mengarah kepada gerakan separatis atau kekerasan. Sebisa mungkin menciptakan perdamaian dengan mengedepankan empati dan welas asih.

 

Salam Damai,

Edrol

Kuningan, 15 Januari 2016

sumber :

http://koran.tempo.co/konten/2016/01/15/391499/Serangan-Ala-Paris-di-Jakarta

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun