Mohon tunggu...
EDROL
EDROL Mohon Tunggu... Petualang Kehidupan Yang Suka Menulis dan Motret

Penulis Lepas, Fotografer Amatir, Petualang Alam Bebas, Enjiner Mesin, Praktisi Asuransi. Cita-cita: #Papi Inspiratif# web:https://edrolnapitupulu.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sengsara Tak Berujung Erupsi Sinabung

25 Oktober 2014   06:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:48 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hampir setiap Jum'at  saat dulu masih mengenyam bangku kuliah di Medan terutama minggu ketiga di akhir bulan, saya bersama teman kampus selalu naik ke atas, entah itu ke sibolangit , doulu, atau berastagi. Sebagian besar untuk menikmati wisata alam seperti perkemahan sibolangit, mandi air panas di lau debuk-debuk kemudian naik gunung sibayak, ke berastagi kemudian sambung angkutan menuju danau lau kawar, gunung sinabung. Kami selalu naik bus Sinabung Jaya dari pool bus dekat dengan kampus padang bulan.

[caption id="attachment_368988" align="aligncenter" width="300" caption="Bus Sinabung Jaya (sumber foto: sinabungjaya.com)"][/caption]

Sekitar 13 tahun yang lalu, peristiwa pendakianpagi hari  kali pertama ke gunung Sinabung, serasa baru kemarin. Waktu begitu cepat berlalu saat mengenang memori indah pendakian pertama.

Pada tanggal 27 Agustus 2010, saya tersentak kaget menyaksikan gambar di media televisis gunung Sinabung mulai terbangun dari tidur panjangnya memuntahkan asap dan abu vulkanik dari kawahnya.  Bertubu-tubi meluncurkan awan panas, meletupkan abu vulkanik dan asap ke arah Selatan Tenggara. Desa Suka Meriah jadi tahun-tahunan Gunung Sinabung bukan lagi bulan-bulanan. Tragis berkepanjangan, harta lenyap, penghasilan lenyap di bumi tanah Karo Simalem: kebaikan, keindahan dan kesuburan Tanah Karo kini berubah menjadi hamparan bumi hangus gersang.

[caption id="attachment_368989" align="aligncenter" width="830" caption="Gunung sinabung Memuntahkan Abu Vulkanik ( sumber foto: republika.co.id)"]

1414166528763352232
1414166528763352232
[/caption]

Sudah genap 4 tahun 2 bulan, erupsi Gunung Sinabung tak kunjung padam. Sengsara tak berujung erupsi Sinabung bagi penduduk dataran tinggi Tanah Karo.

Saya mencoba kalkulasi kasar sebagai berikut:

Jumlah pengungsi tercatat dari dinas sosial pada tahun 2010 adalah 25,136 jiwa menurut data dari website kemensos.go.id.

Menurut pengalaman saya saat melaksanakan tugas kemanusiaan saat tanggap bencana, biaya meningkat tinggi di lokasi bencana. Rata-rata naik sekitar 2 hingga 3 kali lipat dari kondisi normal, hal ini disebabkan langkanya bahan bakar untuk transportasi juga bahan makanan dan air bersih dan air minum juga listrik. Misalkan pada tahun 2010, nasi bungkus menu ikan sayur plus air minum kemasan 2 gelas per orang sekitar Rp 10,000 tiap kali makan. Untuk tiap hari dengan 3 kali makan menelan biaya Rp 30,000 per orang per hari, harga kondisi normal. Bila kondisi bencana maka saya kalikan dengan faktor kali tertinggi yaitu 3, menjadi Rp 90,ooo per orang.

Untuk sandang yakni baju dan celana per tiap orang, tiap tahun memerlukan pakaian ganti senilai Rp 100.000 per setel. Tiap orang memerlukan minimal 3 setel pakaian untuk melangsungkan kehidupan. Maka tiap tahun diperlukan biaya sandang Rp 300,000 per orang.

Untuk papan seperti tenda, selimut, kasur, bantal untuk kapasitas 4 orang diperlukan biaya Rp 2 juta untuk sekali saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun