Penguatan Diplomasi Iklim  Indonesia Menuju COP 30:  Kolaborasi Multi Pihak Hadapi Krisis Global
Â
Dalam rangka menyambut Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-30 (COP 30) yang akan digelar di Belem, Brasil Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) menyelenggarakan Workshop Jurnalis bertajuk "Amplifying COP 30 to Indonesia: Memperkuat Dampak Peliputan COP 30". Agenda ini menjadi forum penting untuk menguatkan pemahaman dan narasi bersama mengenai arah kebijakan iklim Indonesia serta peran media dalam memperluas jangkauan informasi dan mendorong akuntabilitas.
Acara ini menyoroti pentingnya COP 30 sebagai momentum strategis bagi Indonesia untuk mengevaluasi komitmen, memperbarui kebijakan, dan memperkuat posisi dalam forum negosiasi global. Diplomasi iklim sangat penting  dalam mendorong diplomasi multipihak diantaranya adalah media yang memberitakan konfrensi high level meeting ini yang berlangsung setiap tahun. Tentu Media bagian dari kolaborasi muti pihak dengan pemerintah pusat, daerah, swasta, akademisi, dan komunitas
Sebagai seorang citizen jornalist dan penulis yang peduli perubahan iklim dan lingkunga saya mulai tergabung sebagai relawan climate change presenter sejak tahun 2011 yang di training oleh Mantan Wakil Presiden Al Gore dan tahun 2017, tujuh tahun kemudian saya menerima green pin dan menjadi leader climate change. Mengikuti berbagi kegiatan terkait perubahan iklim dan juga menjadi relawan dan kampaye ke ksekolah, kampus , universitas, kementerian lembaga hingga ke parlemen dan membuat advokasi kebijakan terkait perubahan iklim kepada anggota dewan dan akhirnya tahun 2021 membantu penulisan naskah pidato anggota dewan berangkat ke COP Glasgow, Dubai dan Azerbaijan, hingga diketuk menjadi RUU prolegnas tahun 2021 oleh DPR dan DPD RI
HIngga saya menjadi  salah satu peserta yang beruntung ikut workshop jurnalis bertajuk COP dan mendengarkan berbagai perspektif dari para narasumber dengan berbagai latar belakang di bidang science climate change, negosiator dan transisi energi dan sangat menambah perspektif saya
Wukir Amintari Rukmi Koordinator Pokja Perunlingan Perubahan Iklim dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), menegaskan bahwa Indonesia mendukung penuh prinsip-prinsip multilateral dalam Perjanjian Paris dan siap mendorong operasionalisasi Baku-Belem Road Map -kerangka kerja pendanaan iklim yang lebih adil dan inklusif.
"COP 30 akan menjadi momentum penting untuk memperbaiki elemen-elemen dalam proses Global Stocktake yang menjadi kompas kita dalam mencapai target iklim global. Ini saatnya meningkatkan ambisi mitigasi, memastikan transisi energi yang adil, dan menyusun indikator konkret untuk Tujuan Global Adaptasi," ungkap Wukir.
Wukir juga mengungkapkan pentingnya pengarusutamaan gender dalam kebijakan iklim, serta mendorong Mutiro Global, gerakan aksi kolektif yang dipimpin oleh Brasil untuk menyatukan seluruh pemangku kepentingan -pemerintah hingga masyarakat sipil -dalam agenda keberlanjutan.
Tantangan dan Kesenjangan COP 30
Kuki Soedjackmoen dari Direktur Eksekutif Indonesia Research Institute for Decarbonization (IRID) Â menyampaikan urgensi pendekatan ilmiah dalam memahami karakteristik dan dampak berbagai jenis gas rumah kaca (GRK). Ia menekankan bahwa gas seperti metana (CH) dan dinitrogen oksida (NO) memiliki potensi pemanasan global yang jauh lebih besar daripada karbon dioksida (CO), sehingga penanganannya memerlukan strategi yang jauh lebih cermat dan terukur.