Mohon tunggu...
Edo Rahman
Edo Rahman Mohon Tunggu... -

intuisi yang tak pernah mati bernyanyi melampaui arogansi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Beradu di Sesaknya Gerbong

16 Agustus 2011   17:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:43 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak terasa ramadhan kali ini sudah memasuki pertengahan jalan dimana kita akan menuju hari kemenangan lalu kita kembali merindukannya. Kita semua tahu bagaimana para perantau dan mungkin anda salah satunya ,sangat menantikan satu momen untuk pulang ke kampung halaman atau biasa kita sebut dengan mudik. Berbagai macam alat transportasi sudah terpesan dari jauh hari untuk menghindari kehabisan tiket mulai dari transportasi darat ,laut dan udara sesuai kebutuhan masing-masing .

Bagi beberapa kalangan terutama ekonomi kelas kebawah mudik dengan menggunakan kereta api kelas ekonomi merupakan pilihan yang diamil untuk menuju kampung halaman, namun ada sesuatu yang terkadang kita peratikan dati istimewanya kereta ekonomi salah satunya adalah pedagang asongan, Pasti anda tidak asing dengan para pedagang asongan yang seolah menjamur dan selalu ada dihampir setiap stasiun kereta api di setiap kota. Mereka menjual apa saja dan menawarkannya kepada siapa saja. Dari minuman dingin, pecel, kacang rebus, aksesoris seperti kaca mata, kalung, mainan anak sampai alat tulis kantor dan berbagai barang dagangan unik lainnya. Namanya saja pedangan asongan tentu mereka membawa barang dagangannya secara fleksibel kemana saja. Mereka beroperasi dari satu kereta ke kereta lainnya dari satu stasiun ke stasiun lainnya dari satu kota ke kota lainnya.

Tidak pernah ada yang tau kapan aktifitas pedagang-pedagang ini mulai ada, bisa saja sejak lahirnya PT. KAI (Kereta Api Indonesia), namun sejak pertama saya menaiki kereta api yaitu semenjak usia saya SD (Sekolah Dasar) saya perhatikan cara dan teknik penjualan mereka selalu seragam dan tidak jauh berbeda.

-Untuk pedagang makanan dan minuman: mereka langsung memberikan persuasi kepada konsumen ataupun penumpang kereta dengan cara menawarkan makanan yang akan dijual.

-Untuk pedagang aksesoris: mereka memberikan sample kepada masing-masing ke penumpang kereta lalu menawarkan harganya.

-Untuk penjual jasa: mereka terdahullu berpidato tentang jasa yang ditawarkan di depan seluruh penumpang, kemudian memberikan penawaran secara personal.

Dari pengamatan tersebut dapat saya simpulkan bahwa para pedagang asongan tersebut mempunyai target audiens secara random di antara para penumpang kereta api yang heterogen. Jadi jangan mengeluh jika anda sedang menjadi penumpang kereta ekonomi atau bisnis akan ditawari mainan anak bahkan alat dapur untuk memasak.

Yang tidak lepas dari fenomena yang ada pada kereta ekonomi selain pedagang asongan adalah para pengemis atau orang cacat yang datang bergerombol bersama para pedagang yang minta belas kasihan diatas kereta api. ironisnya ada pengemis yang cacat dan untuk berjalan saja dia kesusahan namun dapat menaiki kereta api anehnya. Potret dari aktifitas gerbong kereta di atas mungkin bisa memberikan gambaran tentang bagaimana kehidupan bawah garis kemiskinan dan sistem transportasi yang masih kacau di negara ini. Coba saja bandingkan dengan negara tetangga singapura yang jarang di temui pedagang asongan atau pengemis.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun