Ketika berbicara tentang pahlawan super, pikiran kita biasanya langsung melayang ke nama-nama besar dari Iron Man, Batman, Superman sampai Spiderman. Mereka sudah lama mendominasi layar lebar dan komik, jadi wajar kalau orang-orang langsung teringat pada mereka. Sebelum gemerlap Marvel dan DC menguasai pasar global, Indonesia sudah punya semesta pahlawan supernya sendiri.
Dunia yang lahir dari kreator lokal, berakar pada mitologi, dan diwarnai nilai budaya yang begitu dekat dengan kehidupan setiap hari. Kalau ingin melihat gambaran lebih luasnya, ada rangkuman lengkap tentang komik superhero Indonesia yang bisa jadi pintu awal untuk mengenal lebih dalam jagat jagoan lokal ini.
Di antara tokoh komik itu, Sri Asih menempati posisi istimewa. Diciptakan oleh R.A. Kosasih pada tahun 1954, ia adalah pahlawan super perempuan pertama di Indonesia, juga bisa dikatakan salah satu yang paling awal di dunia. Dalam kisahnya, Sri Asih adalah titisan Dewi Asih yang diberkati kekuatan sakti. Senjatanya adalah selendang ajaib, yang menjadi simbol keanggunan serta kekuatan. Dari generasi ke generasi, sosok Sri Asih memberi pesan kuat bahwa perempuan punya tempat dalam dunia kepahlawanan. Jauh sebelum era modern menghadirkan tokoh superheroine dunia, Sri Asih sudah lebih dulu menegaskan bahwa gagasan tentang pahlawan perempuan hidup dalam DNA cerita rakyat kita.
Kalau Sri Asih mewakili mitologi, maka Si Buta dari Gua Hantu menghadirkan dunia persilatan khas Indonesia. Tokoh ini lahir dari tangan Ganes TH pada 1967, dengan kisah Barda Mandrawata, pendekar yang kehilangan penglihatan saat membalas dendam atas kematian keluarganya. Alih-alih membuatnya lemah, kehilangan itu justru membuka kekuatan batin yang lebih tajam. Ditemani monyet kecil bernama Wanara, Barda menjelajahi pelosok Nusantara, menumpas kejahatan, dan membela kaum tertindas. Cerita Si Buta begitu membumi. Ia bukan sosok dengan kekuatan kosmik, melainkan manusia biasa yang berjuang dengan segala keterbatasan dan itulah mengapa ia terasa begitu dekat bagi pembacanya.
Lalu ada tokoh yang hampir selalu jadi ikon utama: Gundala. Diciptakan Hasmi pada tahun 1969, Gundala terinspirasi dari legenda Jawa tentang Ki Ageng Selo, sosok yang diyakini mampu menangkap petir dengan tangannya. Dalam komik, alter egonya adalah Sancaka, seorang ilmuwan yang mendapat kekuatan halilintar setelah tersambar petir. Gundala tampil dengan kostum hitam, topeng bersayap, dan kemampuan berlari secepat angin. Dia mencerminkan semangat modernitas pada masanya, ketika sains, teknologi, dan tradisi lokal saling bertemu dalam satu karakter. Gundala juga sering berkolaborasi dengan tokoh lain, memperluas semesta superhero lokal yang makin kaya.
Salah satu rekannya adalah Aquanus, tokoh ciptaan Wid NS yang pertama kali muncul pada tahun 1968. Berasal dari planet Zyba, bayi bernama Dhanus dikirim ke bumi dan dibesarkan oleh keluarga pemburu paus. Dari situ ia tumbuh menjadi pahlawan lautan dengan sabuk sinar Pelangi sebagai senjatanya. Cerita Aquanus menambahkan warna lain dalam dunia superhero Nusantara: kisah petualangan luar angkasa, kehidupan bawah laut, hingga perjuangan melindungi bumi dari ancaman. Di sampingnya ada pula Godam sang ksatria dengan baju sakti dan kutukan cincin yang membelenggunya. Godam menambah kedalaman dengan nuansa fantasi dan konflik moral, menjadikannya salah satu karakter yang kuat dalam jagat komik lokal.
Karakter-karakter ini adalah cermin dari kreativitas bangsa, yang berani meramu mitologi, budaya, dan modernitas jadi cerita heroik yang universal. Sri Asih mengingatkan kita pada kekuatan perempuan. Si Buta dari Gua Hantu menegaskan makna perjuangan meski dengan keterbatasan. Gundala memberi simbol bahwa perubahan zaman bisa melahirkan harapan baru. Sementara Aquanus dan Godam memperluas semesta cerita dengan membawa unsur kosmik dan fantasi.
Yang menarik, tokoh-tokoh ini tidak berhenti di halaman komik lama. Mereka hidup kembali lewat adaptasi film, serial digital, hingga komik modern yang bisa dibaca online. Artinya, superhero Indonesia nggak pernah benar-benar hilang; mereka bertransformasi mengikuti zaman. Bagi generasi lama, membaca komik-komik ini mungkin memunculkan rasa nostalgia. Tapi bagi generasi baru, kehadiran mereka adalah penemuan baru yang membanggakan: ternyata kita juga punya pahlawan dengan identitas yang unik, berbeda dari yang selama ini mendominasi layar global.
Mengenal Sri Asih, Si Buta, Gundala, Aquanus, dan Godam hanyalah permulaan. Masih banyak tokoh lain yang lahir dari imajinasi para kreator Indonesia, masing-masing dengan kisah dan kekuatan khasnya. Kalau kamu penasaran ingin menyelami lebih jauh tentang siapa saja mereka dan bagaimana perjalanan mereka dalam komik, jangan ragu untuk baca selengkapnya di sini. Siapa tahu, kamu menemukan pahlawan favorit baru bukan dari Amerika, tapi dari tanah sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI