Mohon tunggu...
Edmu YulfizarAbdan
Edmu YulfizarAbdan Mohon Tunggu... Guru - Guru Pemula

Penulis Buku Pengabdian Literasi Sang Guru (2023) | Menggapai Cahaya Ramadhan dengan Tadarus Pendidikan (2023) | Guru Pembelajaran Sepanjang hayat (2023) | Antologi 1001 Kisah Guru (2023) | Antologi Dibalik Ruang Kelas (2024) | Guru SMA |

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tadabbur Kiat Pemimpin Sekolah Humanis

13 Mei 2024   22:02 Diperbarui: 13 Mei 2024   22:09 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi pemimpin di sekolah tidak segampang yang dibayangkan. Hari demi hari dipenuhi dengan melayani berbagai karakter orang yang silih berganti berkomunikasi dengan kita. Pemimpin pun dituntut untuk menyenangkan segala pihak walau pada tahap realisasi lapangannya pasti ada orang yang tak bahagia dengan keputusannya. 

Dibutuhkan keterampilan solutif seperti Nabi Sulaiman A. S dalam memutuskan permasalahan ketika beliau dihadapkan dengan sengketa antara kambing yang merusak kebun dengan pemilik kebun walaupun masih usia yang cukup terbilang muda. Beliau memberikan saran bahwa pemilik kambing tersebut membantu menanam kembali kebun yang dirusak disisi lain tukang kebun tersebut dapat memanfaatkan kambing untuk sementara tersebut untuk keperluannya selagi pemilik kambing tersebut memperbaiki kebunnya seperti sedia kala. Disini ditemukanlah win win solution.

Apakah kita dapat mempunyai keterampilan tersebut sebagai pemimpin ? Bisa saja, karena kita mempunyai Tuhan yang sama. Sebagaimana Q.S Al Anbiya ayat 78-79 bahwa Allah jualah yang memberikan pemahaman tersebut baik hikmah maupun ilmu. Jadi hipotesis penulis dalam hal ini langkah awal menjadi pemimpin yang baik dan benar adalah dekat dengan ajaran agamanya secara subtansi bukan hanya ritual semata. Dalam agama Islam kita mengetahui perintah awal dari kitab suci Al Qur'an adalah mengenai membaca. Membaca merupakan kegiatan yang menjalankan ajaran agama. Membaca pun tidak hanya berupa buku text atau dunia maya namun membaca fenomena yang terjadi disekitar, membaca cara pemimpin lainnya dalam mengelola staffnya dalam hal ini adalah guru dan staff tata usahanya terlebih peserta didik.

Tentunya menjadi seperti Nabi Sulaiman cukup mustahil bagi orang seperti kita, namun mungkin kita bisa mencontoh beliau tentang bagaimana cara agar dapat diberi pemahaman baik hikmah maupun ilmu sebagai pemimpin. Minta kepada Allah SWT dengan detail apa yang kita kehendaki. Sebagaimana Nabi Sulaiman pun meminta, buktinya didalam Q.S Shad ayat 35 berbunyi " Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seseorang jua pun sesudahku , sesungguhnya engkaulah yang Maha Pemberi". 

Ayat ini mengajarkan kepada kita bahwa sebelum meminta sesuatu lakukanlah intropeksi terlebih dahulu. Bahasa pendidikan zaman sekarangnya adalah refleksi diri. Setelah itu mengakui kesalahan yang telah dibuat dan memohon ampun kepada Allah SWT lalu mintalah apa yang menjadi keinginan terdalam kita khususnya dalam dunia sekolah. Sebagai pemimpin tentunya banyak tugas berat yang diembannya namun ingatlah ketika kita shalat pasti diawali dengan takbir. Tugas berat kita itu masih kecil dibandingkan Allah yang Maha Besar. Maka serahkan kepada Allah segala urusan setelah kita berusaha dengan maksimal mengenai setiap keputusan kita. Ingatlah wahai pembaca yang sekarang ditakdirkan menjadi pemimpin di lingkungan sekolah bahwa sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Al Baqarah ayat 286 " Allah tidak membebani seseorang melaikan sesuai dengan kesanggupannya....".

Sebagai pemimpin kita juga bisa mengambil prinsip mendengarkan. Hal ini bukan hanya mendengarkan semata namun menggunakan usulan atau saran yang lebih baik bagi kemashalatan banyak orang. Tentunya dalam Al Qur'an pun sudah diterangkan dalam Q.S Ali Imran 159 "......bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu....". Rasulullah SAW pun kita mengetahui manusia yang sangat gemar bermusyawarah. Diceritakan ketika sebelum perang uhud beliau bermusyawah mengenai pergi atau tidaknya ke medan perang, namun karena hasil musyawarah banyak yang setuju untuk pergi walaupun beberapa sahabat ada yang menanyakan, apakah kepergian ke medan perang ini merupakan wahyu, beliau menjawab tidak ada namun apa yang sudah diputuskan itulah yang dikerjakan.

Pada menjelang perang badar juga dikisahkan bahwa Rasulullah SAW mendengarkan usulan dari seorang sahabatnya mengenai tempat berhenti Rasulullah yang sekarang bukan tempat yang strategis untuk berperang dan menjalankan siasatnya. Namun sebelum itu sahabat juga bertanya kepada Rasulullah, apakah berhentinya beliau merupakan wahyu atau tidak, dijawab oleh Nabi Muhammad SAW tidak, namun itu merupakan kehendak dari Nabi Muhammad. Akhirnya saran dari sahabat tersebut digunakan oleh Nabi Muhammad SAW. Dari hal ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa kelapangan dada menerima pendapat orang lain yang lebih baik dan efektif itu justru sangat membuat kita menjadi pemimpin yang ideal.

Penulis tadi siang mengikuti sosialisasi mengenai Strategi Pencegahan Intoleransi, Radikalisme, Terorisme di Kalangan Guru oleh densus 88 bertempat di SMA Negeri 1 Rantau. Banyaknya kontradiksi yang terjadi di lingkungan kita dapat menjadikan tumbuh subur pemahaman intoleransi, radikalisme, bahkan terorisme. Oleh karena itu sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah maka lakulan langkah langkah pencegahan sebagaimana berikut :

  • Deteksi Dini : Menciptakan rasa tanggap di lingkungan sekolah terhadap fenomena sosial apapun itu terhadap potensi gangguan ancaman intoleransi, radikalisme, dan terorisme.
  • Partisipasi : Meningkatkan keikutsertaan warga sekolah untuk melaporkan kepada pihak berwenang jika mengetahui atau melihat kegiatan yang mencurigakan.
  • Sinergitas : Meningkatkan sinergitas seluruh stake holder terkait untuk mencegah penyebaran paham intoleran, radikal, dan terorisme.

Pribadi
Pribadi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun