Mohon tunggu...
editan to
editan to Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mengelola Usaha Percetakan

memperluas cakrawala

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Duet Maut Anies-AHY, Benarkah Pak Prabowo?

15 Februari 2021   07:03 Diperbarui: 15 Februari 2021   07:26 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies Baswedan-AHY (Foto: Gelora)

LEMBAGA survei Centre For Indonesia Strategic Actions (CISA) mendadak merilis hasil survei. Hasilnya berbeda dengan kecenderungan survei yang lain. CISA menempatkan Anies Baswedan dengan elektabilitas sebagai kandidat calon presiden tertinggi disusul Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Elektabilitas Gubernur Anies melejit di angka 20,7 persen disusul  AHY meraih 16,9 persen. Mereka mengkandaskan elektabilitas Gubernur Jawa Tengah hanya 16,5 persen. Apalagi, Prabowo Subianto. Jika di berbagai lembaga survei  yang lain selalu unggul tetapi di CISA ini,  posisi capres beberapa kali itu ada di urutan keempat dengan 12,9 persen.

Pemberitaan mengenai hasil survei CISA pada Senin (15/2/2021) pagi ini pun kemudian kompak menyebutkan pasangan Anies-AHY sebagai duet yang mengerikan dalam Pilpres 2024. Mereka seragam mengutip pengamat politik Muslim Arbi.

Namun, berita yang seragam itu tidak mencantumkan kelengkapan layaknya suatu survei, misalnya kapan diselenggarakan, termasuk jumlah responden, metode survei, dan lainnya. Mungkin saking semangat menulis sehingga lupa kelengkapan data survei.

Berita mirip rilis dan copi paste  itu, memang belum terlihat dimuat di media arus utama. Namun, tidak apa. Tidak ada salah pula mulai menyorong duet Anies berduet dengan AHY. Semua kemungkinan bisa saja terjadi.

Bagaimanapun nama Anies akan menghilang dari pusaran berita pada 2022 mendatang. Jika merujuk beleid Pilkada maka Anies akan pensiun dan posisinya sebagai gubernur digantikan Plt hingga 2024. Itu sebabnya, perlu segera dirancang dari sekarang suatu soft campign yang diharapkan efektif untuk menjaga citra menuju 2024.

Hasil survei yang menempatkan Anies dipuncak elektabilitas memang terasa mengagetkan bagi masyarakat awam. Sejauh survei yang diikuti selama ini, selalu menempatkan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di posisi teratas yang hanya disalib politikus PDIP Ganjar Pranowo.

Ketika Anies melejit diikuti AHY rasanya mencengangkan. Hasil survei CISA ini menjadi antitesis dari berbagai survei yang sudah ada selama ini. Survei menjadi begitu penting karena yang 'berbau ilmiah' itu bisa memengaruhi opini dalam masyarakat. Survei juga menjadi rujukan bagi pengambil kebijakan partai politik.

Mungkinkah, pasangan Anies-AHY bakal terwujud dalam Pilpres 2024? Di luar politik bahwa segala sesuatu mungkin terjadi.  Namun, saat ini kecenderungan itu berat terwujud jika hanya mengandalkan Partai Demokrat kemudian bila PKS bergabung.

Hasil Pemilu 2019, suara Demokrat mencapai 7,64 persen dan PKS dengan 8,19 persen. Gabungan dua partai ini baru nyaris di angka 16 persen. Kedua partai harus menggandeng partai lain untuk memperoleh syarat kuota minimal pencalonan 20 persen.

Saat ini, tetap masih cair. Bila Demokrat dan PKS berkoalisi masih sangat mungkin bisa menggandeng partai lainnya dalam tiga tahun mendatang. Masih banyak kemungkinan terjadi.

Namun, pertanyaannya mungkinkah AHY mau hanya jadi ban serep alias sebagai calon wakil presiden dalam Pilpres 2019 mendatang. Bukankah AHY mempunyai parpol? Kenapa pula harus menyerahkan kerja keras kepada Anies yang tidak bermodal partai politik?

PKS pun berambisi mencalonkan kadernya. Parpol ini sudah kapok hanya 'dikibuli' terus. Pada 2024, partai dakwah ini sudah mencanangkan untuk mencalonkan kadernya dalam kontestasi politik nasional. Apakah Anies akan masuk menjadi kader? Masih menjadi teka-teki.

Melihat kondisi di atas sangat berat untuk menggabungkan Anies-AHY dalam satu kapal berlayar. Hanya alasan pragmatis semata yang bisa membuat kedua sosok tersebut bergandengan tangan.

Belum lagi faktor Prabowo Subianto. Bagaimanapun Anies bisa duduk di kursi Gubernur DKI Jakarta karena peran Prabowo. Gerindra lah yang menjadi motor duet Anies-Sandiaga Uno dalam Pilgub DKI Jakarta pada 2017.

Anies bisa akan lupa jasa tersebut jika dalam kontestasi Pilpres 2024 mendatang, Prabowo lebih memilih Sandiaga Uno atau Puan Maharani. Hal itu bisa membuat Anies maju berhadapan melawan Prabowo jika ada partai pengusung.

Seperti halnya Joko Widodo yang pernah ikut diusung Gerindra dalam Pilgub DKI Jakarta, Anies berpotensi justru akan menjadi lawan tanggung bagi Menteri Pertahanan itu dalam kontestasi menuju RI 1 dalam Pilpres 2024.

Melihat kemungkinan tersebut, Prabowo kemungkinan akan mengajak Anies bergabung ke Partai Gerindra pasca pensiun sebagai gubernur. Cukup berbahaya jika membiarkan Anies di luar sehingga liar dan menjadi kuda hitam. Lebih strategis jika mengajaknya masuk ke kandang Gerindra dengan iming-iming jabatan menteri dalam negeri pada 2024.

Namun, apakah Anies akan mau masuk ke Gerindra? Mungkin jika tidak berduet dengan Prabowo, tawaran itu bisa dijalani setengah hati. Angin bertiup di luar kandang Gerindra lebih sejuk rasanya. Mungkin, Anies mencoba peruntungan di luar Gerindra.

Siapa tahu, duet Anies-AHY menjadi kian nyata. Duet maut ini bisa mengkandaskan Prabowo untuk kesekian kalinya menuju Istana.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun