Mohon tunggu...
editan to
editan to Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mengelola Usaha Percetakan

memperluas cakrawala

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

'Jurus Mabuk' Beroposisi terhadap Jokowi

24 November 2020   08:19 Diperbarui: 24 November 2020   14:22 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fadli Zon (Foto: Instagram @fadlizon)

Sebenarnya berbagai jurus di atas tidak bisa dilepaskan dari tata cara yang dilakukan Anies dalam memperebutkan posisi orang nomor 1 di Ibukota. Kampanye Anies adalah kebalikan dari apa yang dirancang dan dibangun gubernur sebelumnya. Baik mengacu pada kepemimpinan Ahok atau pun Jokowi.

Misalnya saja bagaimana konsepsi terhadap air hujan. Jika Anies ingin menanam di bumi, sedangkan Ahok hendak mengalirkannya ke laut. Bila Ahok rela menggusur tetapi memberi hunian layak maka Anies membiarkan hunian liar meski berdampak banjir seluruh kota.

Fadli Zon (Foto: Instagram @fadlizon)
Fadli Zon (Foto: Instagram @fadlizon)
Deretan contoh lain bisa dipaparkan untuk menunjukkan terjadinya perbedaan kutub antara Anies dan kebijakan yang dilakukan gubernur sebelumnya. Hal itu pula yang terus terjadi hingga saat ini bahkan mewarnai relasi Anies dengan Pusat. Kontradiksi-kontradiksi mewarnai berbagai kebijakan pusat dengan DKI, padahal gubernur adalah kepanjangan tangan presiden.

Terjadi kemudian adalah masyarakat melihat tidak seiringnya Jokowi dan Anies. Hal itu diterjemahkan dengan berbagai asumsi dan penilaian. Misalnya saja, pemanggilan Anies atas kerumunan Rizieq di Petamburan.

Masyarakat pro Anies melihat bahwa itu bagian dari upaya menumbangkan kepercayaan publik kepada mantan Mendikbud itu, bahkan kriminalisasi. Masyarakat yang lain melihat hal itu sebagai kewajaran belaka karena ada kesan pembiaran atas kerumunan tersebut.

Anies sendiri seolah ingin menyikapi berbagai kejadian dengan mengunggah foto tengah membaca buku 'bagaimana demokrasi mati'. Suatu bentuk protes, mungkin, di antara berbagai 'jurus mabuk' yang selama ini sudah dilakukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun