Dalam dunia yang serba digital dan efisien, akuntansi sering kali kehilangan sisi kemanusiaannya. Banyak keputusan ekonomi yang hanya dilihat dari sudut angka, tanpa memahami cerita dan nilai di baliknya. Pendekatan hermeneutik menawarkan alternatif : ia mengingatkan bahwa setiap angka memiliki jiwa.
Pendekatan ini penting, misalnya, dalam konteks akuntansi berkelanjutan (sustainability accounting), akuntansi syariah, atau akuntansi sosial. Di sana, akuntansi tidak hanya mengukur laba, tetapi juga dampak sosial, kesejahteraan, dan tanggung jawab moral perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan.
Hermeneutika membantu kita memahami bahwa akuntansi bukan sistem kontrol, melainkan sistem komunikasi nilai. Ia bukan sekadar menilai kinerja, tetapi menuturkan kehidupan.
jadi Kesimpulan : Memahami Angka, Memahami Kehidupan
Wilhelm Dilthey mengajarkan bahwa memahami manusia berarti memahami kehidupannya dari dalam bukan sekadar mengukur perilakunya dari luar. Prinsip ini mengubah cara kita melihat akuntansi.
Akuntansi hermeneutik memandang angka sebagai simbol kehidupan, laporan keuangan sebagai teks sosial, dan pencatatan sebagai tindakan moral. Ia menggabungkan epistemologi (pengetahuan), ontologi (realitas), dan aksiologi (nilai) dalam satu kesatuan yang hidup.
Dengan demikian, teori akuntansi hermeneutik tidak hanya mengajarkan apa yang harus dicatat, tetapi juga mengapa dan bagaimana manusia memberi makna pada catatan itu.
Pada akhirnya, akuntansi bukan hanya tentang menghitung laba tetapi tentang memahami kehidupan.
Penutup
Pemikiran Wilhelm Dilthey memberi dasar filosofis baru bagi teori akuntansi modern. Ia mengingatkan kita bahwa akuntansi tidak dapat dipahami hanya sebagai teknik pengukuran ekonomi, melainkan sebagai ilmu kemanusiaan yang hidup dalam pengalaman, nilai, dan tanggung jawab moral manusia.
Melalui hermeneutika, akuntansi menjadi bahasa kehidupan tempat angka berbicara tentang kejujuran, laporan keuangan bercerita tentang tanggung jawab, dan praktik pencatatan menjadi cermin dari nilai-nilai sosial. Dalam dunia yang semakin teknokratis, perspektif ini mengingatkan bahwa di balik setiap angka selalu ada manusia yang berjuang, berniat baik, dan mencari makna hidup.
Dengan demikian, teori akuntansi hermeneutik tidak hanya membantu kita memahami apa yang benar secara ilmiah, tetapi juga apa yang baik secara manusiawi. Ia mengubah akuntansi dari sekadar alat hitung menjadi ilmu moral tentang kehidupan ekonomi manusia.