Mohon tunggu...
Edi Soer
Edi Soer Mohon Tunggu... TUKANG KAOS

hidup di desa , penggemar Basiyo

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dasar Putri Solo

17 Februari 2013   08:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:11 1371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh mati judul diatas bukan makian. Serius, berani sumpah pocomg atau gantung di Monas kalau bohong. “Dasar putri solo…”, itu pujianyang romantis pada putri solo yang terkenal cantik dan luwes.

Saya yang lahir di Solo kemringet -maksudnya Solo masih ke sonoo.. sampai keringetan- merasa cewek-cewek Solo sama saja dengan yang di kota lainnya. Makanya waktu kuliah di Jogja dan bertemu dengan teman-teman -dari luar jawa terutama- saya malah bengong saat ditanya soal putri Solo. “ Dari Solo ya? Wah ceweknya pasti cantik-cantik”. Ketika saya balik tanya tahu dari mana? Jawabnya, “Kan putri Solo terkenal cantik-cantik dan lembut” Pertanyaan macam itu tidak sekali dua terjadi, dan ketika saya coba balik tanya jawabannya hampir semua menyebut putri solo kan sudah terkenal.

Mitos putri solo yang cantik, lemah lembut dan gemulai itu sering merepotkan saya. Teman-teman yang suka nanya-nanya ujung-ujungnya bilang ‘kenalin dong…’ atau ‘Cariin dong..” dan saya hanya bias tertawa karena tak tau harus bilang apa.. Atau pas saya lagi pedekate, eh cewek yang saya incar malah bilang ‘Pasti di rumah sudah punya cewek ya, kan putri solo cantik-cantik..’ Mampus..

Darimana mereka tau? Kok saya malah nggak tahu? Tadinya saya mengira yang mereka bayangkan tentang cewek Solo pasti putri kraton. Tapi Jogja kan ada kraton juga, knapa istilah putri Jogja nggak sepopuler putri Solo? Ah pasti ada provokatornya. Dan akhirnya saya teringat sebuah lagu yang legendaris,

putri Solo,

yen ngguyu dhekik pipine,

ireng manis kulitane,

dasar putri Solo.

lakune kaya macan luwe,

sandal jinjit penganggone,

ciyet – ciyet swarane,

Nah lagu ini rupanya yang memprovokasi. Judulnya Putri solo, lagu keroncong berbahasa jawa yang penuh imaginasi tentang kecantikan wanita. Simak saja syair diatas. Betapa menawannya putrid solo, lesung pipit kala tertawa, hitam manis pula kulitnya. Caranya berjalan? Alamak seperti harimau lapar….memakai sandal jinjit yang bunyinya cuit-cuit. Mungkin begitu yang lagi modis tahun 1972, waktu lagu ini dirilis.

Gara-gara lagu itu pantas banyak yang terobsesi dengan putri solo. Penggambarannya penuh imajinasi, romantismenyimpan misteri. Tapi wanita menawan seperti sang putri tentu butuh property yang memadai, seperti penutup lagunya.

kerlap-kerlip berliane,

Putri Solo juga butuh berlian yang berkilauan.

Dulu saya nggak tau harus bilang apa ketika teman-teman nanya tentang putri solo yang cantik, atau pas gebetan saya bilang ‘, pasti sudah punya pacar, Putri solo kan cantik2…?’

Sekarang saya tau jawabnya. Putri Solo memang cantik menawan, tapi tak bakalan memilih kita yang jelata. Dia butuh kerlap-kerlip berlian, pantas menempati rumah harga milyaran dan tentu saja perlu jendral berbintang.


Dasar Putri solo.....



Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun