Mohon tunggu...
Edi Kusumawati
Edi Kusumawati Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu dari dua orang putra yang bangga dengan profesinya sebagai ibu rumah tangga. Tulisan yang lain dapat disimak di http://edikusumawati.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Selamat Ulang Tahun Darryl Sayang...

10 Juni 2011   05:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:40 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanggal 10 bulan Juni, ya tanggal dan bulan yang sama dengan 2 tahun lalu. Sesosok makhluk mungil telah lahir dari rahimku. Lahir normal dalam artian tidak kurang suatu apapun, walaupun melalui proses yang tidak normal. Ya dengan sangat terpaksa bayi kecilku kulahirkan secara ceasar. Bukan karena aku menghendaki begitu, tetapi memang usia kandunganku sudah lewat bulan. Sudah 10 bulan bayiku bersemayam di dalam rahimku. Mungkin bayiku betah kali ya berada di dalam perutku yang hangat....... Sesuai perkiraan dokter seharusnya bayiku lahir pada tanggal 27 Mei 2009, tetapi ditunggu sampai 2 minggu kemudian, bayiku tetap tidak menampakkan tanda-tanda untuk keluar dari rahimku. Karena itulah dokter kemudian menginduksiku agar aku segera kontraksi. Semalaman kondisiku dipantau karena detak jantung bayiku berubah-ubah, kadang normal kadang cepat, bahkan sekitar pukul 2 dinihari alat pendeteksi detak jantung terpaksa ditempel permanen ditubuhku sampai menjelang shubuh karena angka di alat tersebut mendekati 190, dari yang seharusnya 150. Itu kata perawat yang setiap saat mengontrolku lho, benar tidaknya aku kurang tahu. Dan pada malam itu pula aku disarankan untuk berpuasa untuk kemungkinan yang terburuk, yaitu operasi. Praktis semalaman aku tidak tidur karena alat yang menempel di perutku, selain karena lapar juga karena bunyi alat itu yang sengaja dikeraskan volumenya oleh perawat yang mengontrolku. 4 botol infus induksi telah kuhabiskan, aku kurang tahu atas pertimbangan apa dokter memberiku induksi dalam bentuk infus dan bukan injeksi langsung seperti pada kasus kelahiran anakku yang pertama dulu. Karena pada kasus anakku yang pertama aku diinduksi dengan injeksi dan bisa kontraksi keesokan harinya, sehingga tidak perlu operasi meskipun tetap saja dibantu dengan vakum karena pada saat itupun kondisiku kurang baik yang ditandai dengan menurunnya tekanan darahku. Sementara pada anakku yang kedua ini, setelah ditunggu sehari semalam, tanda-tanda kontraksipun tidak muncul. Dalam istilah kedokteran, kata dokter aku mengalami "gagal drip" (maaf kalau salah dalam penulisannya). Selain itu ternyata air ketubanku pun sudah mulai keruh, kalau tidak segera dikeluarkan bayiku bisa keracunan. Atas dasar itulah keesokan harinya dokter memutuskan untuk segera mengoperasiku. Darryl... sesaat setelah operasi Rabu, 10 Juni 2009, sekitar pukul 10.10 wita Darryl...sesaat setelah operasi Berat 3,2kg, panjang 50cm Sekitar pukul 10 pagi, aku masuk ke ruang operasi. Campur-aduk perasaanku saat itu. Maklum ini pengalaman pertamaku menjalani operasi ceasar. Untunglah dokter anastesi, yang kebetulan adalah tetangga depan rumahku, selalu berusaha menenangkanku dengan mengobrol biasa seperti layaknya bertetangga. Semua dilakukan sembari menyiapkan peralatan yang semestinya menempel ditubuhku. Sampai pada akhirnya dokter anastesi tadi menyuruhku untuk membungkuk sambil memeluk bantal dan beberapa detik kemudian aku merasakan seperti orang yang ditembak di bagian tulang punggung hingga menembus ke kakiku. Dari dokter anestesi itu pula aku tahu (dan tentunya setelah aku sadar) kalau aku baru saja dibius lokal dari perut ke bawah. Beberapa detik kemudian dokter kandunganku mulai bekerja, dibantu oleh beberapa asisten dan perawat tentunya. Pertama-tama dia (mungkin) menyayat perutku. Saat itu dia masih sempat menanyakan "sakit nggak", dan karena memang sakit aku jawab "sakit". Pertanyaan itu diulang sampai 2 kali. Dan untuk selanjutnya aku sudah tidak merasakan apa-apa. Rupanya saat itulah biusku baru benar-benar bekerja. Lamat-lamat aku mendengar salah seorang diantara asisten dokter tadi mengatakan "aduh banyaknya darahnya". Terus terang walaupun dibius lokal aku merasa seperti dibius total. Entah berapa lama aku terpejam dalam ketidaksadaranku (menurut suamiku proses operasinya sangat singkat sekitar 10 menit saja sejak aku masuk kamar operasi karena pada waktu itu bayiku sudah dikeluarkan dari ruang operasi untuk di-adzani oleh suamiku). Selama proses operasi berlangsung aku seperti mendapat pengalaman batin tersendiri. Aku seperti berada disuatu tempat yang lapang, terang benderang, sendirian pula. Mungkinkah ini yang disebut antara hidup dan mati, aku tidak tahu. Dan apakah orang lain juga mengalami hal seperti itu, entahlah....... Aku baru benar-benar tersadar ketika dokter anestesi membangunkanku : "Mbak...bangun, ini anaknya laki-laki lagi. Ini kalau mau nyium, nanti baru saya keluarkan biar diadzani bapaknya", begitu katanya seraya meletakkan bayiku di sampingku. Aku cuma bisa bersyukur seraya mengucapkan terima kasih. Masih dalam pengaruh bius, aku mendengar suara berisik seperti mesin jahit disekitarku. Rupanya saat itu dokter tengah melaser perutku. Sekitar sejam proses ini berlangsung, selanjutnya aku dibawa ke ruang observasi dan baru setelah dhuhur aku dipindah ke ruang perawatan. Pada kesempatan lain aku baru tahu ternyata bayiku mengalami sedikit keracunan air ketuban. Dan selama dalam kandungan pula bayiku sempat buang air besar. Itulah kenapa bayiku untuk sementara tidak boleh dibawa ke ruanganku. Selain karena muntah terus setiap minum susu (pada waktu itu asiku memang belum keluar sehingga bayiku harus minum susu formula), bayiku masih perlu penanganan lebih lanjut. Dan dari orang-orang yang menungguku aku tahu (karena sekitar 3 hari aku belum boleh beranjak dari tempat tidurku), ditangan bayiku menancap jarum infus sementara dimulutnya dimasukkan selang hingga ke lambung untuk memasukkan susu agar tidak muntah lagi. Sedih aku kalau mengingat hal itu, bayiku harus sudah merasakan sakit diusianya yang baru beberapa jam. selang di mulutnya sudah dilepas, tetapi selang infus masih menempel ditangannya...... Beberapa hari dirawat bayiku menunjukkan perkembangan yang baik. Pada akhirnya setelah berada di rumah sakit selama seminggu kami berdua diperbolehkan pulang. Dan karena asi-ku yang tidak mencukupi lagi, maka bayiku pun terpaksa kuberi minum susu formula. Selang beberapa waktu kemudian baru ketahuan pula kalau ternyata bayiku menderita alergi susu formula. Mukanya sempat merah-merah dan mungkin sangat gatal kurasa, karena setiap saat sering kulihat dia menggaruk-garuk pipinya. Oleh karena itu pada akhirnya kuganti susu formulanya dengan susu soya. Agak mahal sih harganya, tapi apa boleh buat daripada bayiku menderita gatal terus menerus..... ketika berumur sekitar 3 bln pada saat Idul Adha dua tahun lalu (sekitar 5,5bln) Darryl-ku sayang....... tanggal 10 Desember 2009, tepat berumur 6 bln smile...smile...smile.... indahnya dunia anak-anak... Alhamdulillah, bayi kecilku itu sekarang sudah tumbuh besar dan sehat. Bahkan kalau boleh kubilang dia lucu dan menggemaskan. Sekarang Darryl sudah pandai berceloteh, meskipun ada beberapa kosakata yang terdengar masih cadel untuk diucapkannya. Dia juga lagi gemar menyanyi dengan lagu kesayangan adalah "Baby"-nya Justin Bieber. Harapanku sekarang, semoga Darryl tumbuh dengan sehat.... Darryl Pradipta Adiputra, 2 tahun Selamat ulang tahun Darrylku sayang... Semoga panjang umur dan sehat selalu. Amin. Maafkan mama ya nak, kadang mama kurang sabar menghadapimu. Tapi percayalah, cintaku penuh untukmu. Keep smiling and always happy. Mama akan selalu mendampingimu.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun