Mohon tunggu...
Ardiba Sefrienda
Ardiba Sefrienda Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger, Researcher

istri dari Edy dan ibu dari FREE(Faris Raditya Edsel Ediba)..we are edibafree Family. Kunjungi rumah maya saya di www.ardiba.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

"Lesscash", Gaya Hidup Praktis dan Fleksibel Masa Kini

26 Oktober 2017   13:02 Diperbarui: 26 Oktober 2017   21:22 1950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
photo from pixabay.com

Namun, di balik banyaknya keuntungan bertransaksi lesscash, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar keuntungan bertransaksi lesscash semakin paripurna.

Sosialisasi lesscash harus ditingkatkan
"Duh, pakai e-money biar cepet. Tapi kalau gini caranya jadinya lambat," keluh seorang teman.

Lesscash masih jadi hal baru buat penduduk Indonesia, tak terkecuali bagi sumber daya manusia yang bersinggungan langsung dengan fitur lesscash ini. Kasir misalnya. Karena lesscash masih jadi hal baru, terkadang masih ada kasir yang gagap melayani pembelian menggunakan lesscash, sehingga pembayaran menjadi lebih lama. Tapi seiring waktu, aku optimis masalah ini bisa teratasi.

Di sisi konsumen, masih banyak juga yang nggak mantap bila belum bertransaksi dengan uang tunai. Oleh karena itu, sosialisasi secara komprehensif dan menyeluruh sangat diperlukan.

Kualitas jaringan perbankan harus lebih dimaksimalkan
"Maaf Mbak, jaringannya offline."

Familiar dengan kata-kata itu? Ini salah satu kendala penerapan lesscash. Karena berupa uang elektronik, jadi transaksinya bergantung pada jaringan komunikasi. Sayangnya, jaringan komunikasi di Indonesia belum 100% stabil. Jadi, kadang jadi keki sendiri, mau bayar pakai uang elektronik tapi fasilitasnya lagi offline. Back to cash money again, hmph...

Perlu adanya promo-promo yang mendorong penggunaan uang elektronik
Animo masyarakat sebenarnya cukup tinggi dalam menggunakan uang elektronik. Sayangnya belum semua swalayan dan fasilitas umum menyediakan pembayaran menggunakan uang elektronik. Jadi daripada gambling, banyak yang kemudian urung menggunakan uang elektronik.

Seharusnya, sosialisasi mengenai pembayaran elektronik semakin ditingkatkan disertai dengan promo bagi yang bertransaksi secara lesscash. Apalagi saat ini makin banyak toko dan merchant yang memiliki fasilitas transaksi uang elektronik. Hal ini tentu akan meningkatkan animo masyarakat untuk bertransaksi secara lesscash.

Pengalamanku lesscash di ibu kota ^_^

Sabtu lalu aku harus ke Jakarta untuk sebuah urusan. Saat itu di dompet hanya ada uang tiga ratus ribu rupiah. Dalam hati, cukup nggak ya bawa uang segitu? Tapi pede aja lagi. Pokoknya cari tempat makan yang kira-kira terima pembayaran debit. Uang tunai hanya untuk bayar transportasi. Rupanya kalau aku punya e-money, bayar bus Transjakarta juga bisa langsung gesek loh. Dasar katrok akunya. Yang jelas dengan kemudahan lesscash, nggak perlu ribet cari ATM terdekat. Pembayaran juga lebih ringkas, tak perlu repot menyiapkan uang pas, atau ribet menyimpan uang recehan dari kembalian belanja. Alhasil, tiga hari di Jakarta, uang di dompet masih tersisa 150 ribu yeay!

Yang perlu diperhatikan saat bertansaksi secara lesscash:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun