Mohon tunggu...
Edgar Pontoh
Edgar Pontoh Mohon Tunggu... Freelancer - Hominum

In search of meaning

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Introvert dan Bagaimana Internet Mengubah Mereka

1 September 2019   12:30 Diperbarui: 1 September 2019   12:33 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bayangkan seorang anak yang jarang bergaul, terlahir dalam keluarga yang konservatif, terikat dengan norma-norma dan sudut pandang dari orang tua dan "dipaksa" untuk melakukan apa yang orang tua lakukan di zaman mereka (padahal belum tentu cara yang sama bisa bekerja di zaman ini). Jati diri mereka didefinisikan oleh orang tua mereka. Tidak terbentuk secara natural melalui proses eksplorasi. Apa ini buruk? Tidak juga. Tidak sedikit juga yang berakhir berhasil mencapai apa yang diharapkan. Ini hanya fakta yang ada di masyarakat.

Internet menjadi alat untuk "memberontak". Akses informasi yang sangat luas tersebut bisa dengan mudah dimanfaatkan untuk mencari apapun yang mereka ingin ketahui. Mulai dari hal sesederhana pengetahuan umum sampai ke hal-hal yang dapat membentuk karakter, bahkan cara pandang mereka terhadap dunia.

Satu lagi hal yang ada di internet yang mengubah para introvert. Hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah manusia. Media sosial.

Saat internet pertama kali dibuat, mungkin awalnya tidak ada yang berpikir untuk membuat suatu sistem interaksi sosial di dalamnya, walaupun cepat atau lambat, pasti hal tersebut akan terpikirkan oleh para engineer dan inventor di masa itu. Aliran informasi yang tak mengenal jarak secara fisik itu berpotensi besar menghubungkan orang-orang yang ada di seluruh dunia dalam suatu model sistem.
Media sosial mengubah cara bersosial dalam masyarakat secara signifikan. Esensi bersosial adalah interaksi antara dua atau lebih orang dengan cara bertemu fisik. Media sosial membongkar cara lama tersebut dan menawarkan konsep baru. Dengan menggunakan teknologi, kita bisa berinteraksi dengan orang lain tanpa ada batasan fisik, jarak, bahkan seringkali, waktu. Bukan hanya itu, media sosial memungkinkan kita berinteraksi tidak hanya pada inner-circle kita atau orang-orang yang sudah pernah berinteraksi dengan kita di dunia nyata, tapi juga membuka kesempatan untuk "bertemu" orang yang sepenuhnya baru dalam hidup kita.

Lalu apa pengaruhnya bagi para introvert? Bukankah interaksi sosial bukan suatu hal yang utama bagi mereka? Bahkan, apakah mereka menggunakan media sosial?

Ada suatu paper menarik yang relevan. Can You See the Real Me? Activation and Expression of the True Self on the Internet. Ditulis oleh John A. Bargh, Katelyn McKenna, dan Grinne M. Fitzsimons, pada tahun 2002 dan merupakan bagian dari Journal of Social Issue, yaitu kumpulan jurnal yang dibuat SPSSI (Society for the Psychological Study of Social Issues), sebuah kelompok yang terdiri dari ribuan ilmuwan dari bidang psikologi dan bidang terkait yang meneliti berbagai aspek psikologi dari isu-isu sosial sampai ke kebijakan-kebijakan penting di dalamnya.

Bargh, McKenna, dan Fitzsimons menemukan bahwa introvert juga berinteraksi secara online. Mereka menemukan ada 2 dorongan yang membuat mereka berinteraksi secara online ini yaitu (1) dorongan yang berhubungan dengan diri sendiri dan (2) dorongan yang berhubungan dengan sosial. Berakar dari teori psikolog Amerika, Carl Roger tentang "real self", McKenna dan Bargh mendalilkan bahwa dorongan yang berhubungan dengan diri sendiri itu berangkat dari keinginan dasar dalam diri manusia untuk berinteraksi sosial. Berdasarkan penelitian Roger pada tahun 1951, untuk mencapai kebahagiaan yang sesungguhnya, seseorang harus bisa mengekspresikan diri mereka dalam masyarakat, tak peduli platformnya secara online atau bertatap langsung.

Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh 3 peneliti dan profesor psikologi, Yair Amichai-Hamburger, Galit Wainapel dan Shaul Fox (CyberPsychology & Behavior---On The Internet, No One Knows I'm an Introvert: Extroversion, Neuroticism, and Internet Interaction, 2002), sebanyak 40 partisipan direkrut untuk melakukan uji apakah karakter personal dari seseorang itu berpengaruh pada makna dan pentingnya interaksi sosial di internet ketimbang interaksi secara langsung, bertatap muka. Hasilnya, partisipan dengan kecenderungan kepribadian introvert menemukan "diri" mereka yang sebenarnya lewat interaksi online, sementara para Ekstrovert menemukan "diri" mereka yang sebenarnya melalui interaksi sosial tradisional (bertatap muka).

Dengan demikian, introvert yang juga merupakan manusia biasa, tetap terikat dengan kecenderungan untuk bersosial, dan karena sifat mereka, media sosial merupakan tempat yang sangat cocok untuk mereka.

Lagi-lagi, ini menjadi "senjata" baru bagi mereka. Dengan berinteraksi secara online, para introvert bisa belajar berkomunikasi, bertukar pikiran, berbagi perspektif dengan orang lain. Ini adalah perubahan yang sangat signifikan. Sebelumnya, apa yang ada dipikiran mereka adalah hasil simpulan mereka terhadap suatu isu yang mereka temukan sendiri. Dengan media sosial, mereka jadi bisa melihat simpulan orang lain dari sudut pandang yang bisa jadi sangat berbeda dengan mereka. Disini, mereka diuji, apakah mereka bisa membatalkan kepercayaan mereka terhadap suatu hal ketika dihadapkan dengan fakta baru atau sebaliknya, bertahan dengan pemikiran mereka.

Rasanya dilema soal pemikiran ini tidak hanya bisa terjadi pada introvert, tetapi ke semua orang. Hanya saja, sebelum era internet dan media sosial, para introvert yang jarang mendapatkan input dari orang lain secara langsung, bisa terkurung dalam pemikirannya sendiri tentang dunia. Argumen dengan orang lain bisa benar-benar membuka perspektif lain bagi mereka atau malah sebaliknya, membuat mereka menjadi pribadi yang keras kepala dan cenderung close-minded.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun