Mohon tunggu...
Eddy Roesdiono
Eddy Roesdiono Mohon Tunggu... Guru Bahasa Inggris, Penerjemah, Copywriter, Teacher Trainer -

'S.C'. S for sharing, C for connecting. They leave me with ampler room for more freedom for writing.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengulas Nama Orang Indonesia

14 Maret 2016   14:50 Diperbarui: 14 Maret 2016   19:20 1156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Presiden Jokowi punya cucu. Cucu pertama itu, lahir 10 Maret 2016 di Solo, adalah putra dari pasangan Gibran Rakabuming dan Selvi Ananda. Gibran adalah putra pertama Jokowi. Bayi laki-laki itu diberi nama Jan Ethes Srinarendra.  Presiden Jokowi dan putra serta menantu kebanjiran ucapan selamat.

Namun seperti biasa, ada saja yang usil. Nama Jan Ethes Srinarenda dicibir juga. Ada yang bilang nama itu tidak Islami karena tak ada unsur-unsur kosa kata bahasa Arab di dalamnya, dan ada pula yang menuduh nama itu kebarat-baratan, karena ada ‘Jan’ dan ‘Ethes’.   

Orang bijak bilang nama adalah doa, dan tertitip harapan di dalamnya. Tengoklah, bagaimana orangtua berdoa dan berharap lewat nama Slamet, Sugeng, Rahayu , atau Bonar. Sementara  pujangga Shakespeare mengatakan ‘apalah arti sebuah nama?”, Gibran,  ayah Jan, bilang: “Jan artinya ‘sangat’, Ethes artinya ‘cekatan’ , dan Srinarenda adalah ‘pemimpin yang cerdas’ . Dua kata pertama berasal dari bahasa Jawa, dan satu kata terakhir dari bahasa Sansekerta. Nama ini hasil diskusi Gibran dan sang ayah.  

Lalu, adakah yang berpendapat bahwa nama itu tidak mengandung doa dan harapan? Tidakkah kosa kata berbahasa Jawa atau Sansekerta bisa digunakan untuk mengekspresikan doa?

Saya lebih suka berpendapat bahwa dalam kehidupan sebagai bangsa besar dengan budaya yang beragam, nama-nama manusia di Indonesia baiknya diserahkan saja pada orangtua masing-masing berdasarkan kearifan serta tatacara lokal.

Di negara-negara Eropa, sistem penamaan manusia tak terlalu ribet. Sebagian besar menganut cara sederhana, yakni  sistem patronimik (garis ayah), dengan tiga kata : first name/given name, middle name dan family name/surname. Jadi kalau Anda kenal cewek bernama Sarah Rosemary Brown, Anda bisa tahu bahwa bapaknya bernama belakang Brown, karena nama ayah adalah nama belakang atau nama keluarga semua anak dalam satu keluarga. Bila si Sarah kemudian menikah dan bersuamikan lelaki bernama belakang Nicholson, ia berganti nama menjadi Sarah Rosemary Nicholson. Kalau ia masih ingin bawa nama keluarganya, ia boleh pula bernama Sarah Rosemary Brown Nicholson. Jadi kita tahu bahwa Sarah Rosemary adalah putrinya pak Brown yang dinikahi lelaki dari keluarga Nicholson. Daftar nama di buku telepon di negara-negara yang menganut sistem penamaan demikian, dimulai dari nama keluarga : Brown, Sarah Rosemary.

Di negara-negara Skandinavia (Denmark, Swedia, Norwegia, Finlandia, Eslandia), sistem patronimik digunakan dengan tatanan berbeda. Yakni terdiri dari ‘nama anak’ diikuti ‘nama depan ayah+ son, sen, ssen, atau søn (bila anak laki-laki), dan ‘dotter, datter, atau dottir’ (bila anak perempuan). Jadi seorang perempuan bernama Ingrid Johandottir bisa ditebak adalah putrinya pak Johan (nama diri, bukan nama keluarga). Seorang lelaki bernama Hans Ericsson sudah pasti anak laki-lakinya Pak Eric. Jangan heran bila di satu kota kecamatan di negara-negara Skandinavia banyak orang bernama sama tapi sama sekali tak berhubungan secara kerabat! Yang saya bingung adalah, bagaimana artis perempuan Amerika bisa bernama Scarlett Johansson. Ayah Scarlett, Karsten Johansson adalah orang Denmark. Harusnya ia bernama Scarlett Karstendotter. Tak apalah, mungkin sang ayah sengaja pakai sistem patronimik Amerika.

Perempuan Skandinavia juga tak ganti nama belakang waktu menikah. Itu karena akhiran ‘son’ atau ‘dottir’ kan berarti ‘anaknya’. Buku telepon di negara-negara Skandinavia diurut berdasarkan nama depan.

Bagaimana sistem penamaan orang Indonesia? Bersiaplah membaca fakta-fakta unik berikut ini :

Nama orang Indonesia sangat dipengaruhi kebhinekaan budaya dan keragaman bahasa, buah dari sebaran produk budaya di 17.000 pulau, 356 bahasa lokal dan banyak agama.

SEBAGIAN BESAR NAMA BUKAN HASIL DARI SISTEM PENAMAAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun