Mohon tunggu...
Eddy Roesdiono
Eddy Roesdiono Mohon Tunggu... Guru Bahasa Inggris, Penerjemah, Copywriter, Teacher Trainer -

'S.C'. S for sharing, C for connecting. They leave me with ampler room for more freedom for writing.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Catatan 44 Kali Terbang dengan AirAsia

8 Januari 2015   20:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:32 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penghapusan penerbangan berbiaya rendah (low cost carrier) di Indonesia oleh Kementrian Perhubungan Indonesia sedang jadi perbincangan hangat. Penerbangan berbiaya rendah dicurigai sebagai turut andil dalam pelonggaran berbagai regulasi yang semestinya ketat, yang pada gilirannya dituding menurunkan kualitas keselamatan penerbangan. Kasus nahas penerbangan AirAsia QZ8501 PK-AXC Surabaya – Singapura 28 Desember 2014 pastinya adalah pemicu gagasan penghapusan penerbangan berbiaya rendah tersebut.

[caption id="attachment_345468" align="aligncenter" width="490" caption="Pesawat AirAsia di Bandara KLIA2, Kuala Lumpur (foto : Eddy Roesdiono)"][/caption]


Berbincang soal penerbangan berbiaya rendah, kita tak akan lupa Airasia. Perusahaan penerbangan di bawah bendera perusahaan Air Asia Berhad, Malaysia boleh dibilang sebagai pelopor penerbangan murah; itulah sebabnya maskapai ini ber-tagline ‘Now Everyone Can Fly’ (kini semua orang bisa terbang). Maskapai ini sukses menerbangkan penumpang yang semula tak pernah bermimpi bisa naik pesawat. Saya yakin pula sejumlah backpacker di dunia amat berterimakasih dengan kehadiran AirAsia yang memungkinkan makin banyak pelancong untuk berkunjung ke negeri-negeri tetangga. Sampai saat, AirAsia yang berpusat di bandara KLIA2ini tercatat AirAsia menerbangkan penumpang ke 100 tujuan di 22 negara.

AirAsia didirikan pada tahun 1994, mulai beroperasi 18 November 1996, oleh sebuah konglomerasi milik pemerintah Malaysia.Perusahaan ini merugi dan bangkrut. Tony Fernandes, seorang eksekutif perusahaan Tune Air Sdn Bhd, membeli perusahaan ini senilai 1 Ringgit Malaysia (sekarang sekitar Rp 3.500) dan menanggung beban hutang 11 juta dolar Amerika (Rp 141 miliar) pada tahun 2002.

Di tangan Tony, AirAsia meroket. Pada akhir tahun 2012, AirAsia membukukan laba usaha sebesar Rp 1,5 triliun, dan pada pertengahan tahun 2013, laba itu meningkat 168%. Sukses usaha yang dimulai dengan konsep ‘terbang murah meriah’ ini ditopang oleh inovasi dan sejumlah terobosan yang keluar dari gaya bisnis konvensional penerbangan. AirAsia beroperasi dengan biaya unit terendah di dunia (Rp 7 per kilometer per kursi) dengan angka balik modal 52% okupansi. Penetapan harga ini ditempuh dengan menerapkan segmen-segmen harga tiket, mulai dari segmen terendah sampai segmen tertinggi. Calon penumpang yang booking tiket lebih awal pasti dapat tiket dengan harga murah. Itulah sebabnya, kerap kali tiket untuk penerbangan tahun depan, misalnya dipromosikan mulai hari ini dengan menamplkan harga tiket terendah. Terobosan-terobosan promosi AirAsia ini, sebagaimana kita ketahui, ditiru oleh banyak maskapai.

AirAsia juga perintis pemanfaatan teknologi internet. Lihatlah, pada awal-awal penerbangan AirAsia, di badan pesawat jelas-jelas tertulis ‘Airasia.com’, sebuah brand penerbangan eye-catching yang langsung mengarahkan orang menuju akses informasi internet. Pesan murah-meriah itu disampaikan pula lewat tagline Now Everyone Can Fly yang langsung mampu menarik calon pelancong. Kesan murah ini digencarkan melalui berbagai promosi cerdas. Pada sebuah periode promosi AirAsia di Thailand, iklan Airasia, dengan gambar pramugari berseragam rok-blus merah ketat, berbunyi AirAsia, fly for less than a padthai (AirAsia, terbang dengan biaya lebih murah daripada sepiring mi goreng) yang banyak dtempelkan orang di gerobak pedagang mi goreng. Tenaga kerja Indonesia (TKI) yang harus kerap pulang-balik Malaysia – Indonesia, misalnya, sangat terbantu dengan penerbangan-penerbangan AirAsia.

[caption id="attachment_345470" align="aligncenter" width="490" caption="Iklan AirAsia di gerobak mi goreng, Khaosan Road, Bangkok (foto : Eddy Roesdiono)"]

1420697559150945317
1420697559150945317
[/caption]


Murahnya harga tiket AirAsia tak pelak lagi menumbuhkan minat terbang. Saya adalah salah satunya. Sejak 2007, terhitung saya telah 44 kali terbang bersama AirAsia, untuk rute-rute Jakarta-Surabaya pp, Surabaya-Bangkok pp, Jakarta-Bangkok pp, Surabaya – Kuala Lumpur pp, Singapura – Bangkok, Bangkok – Kuala Lumpur pp, Denpasar – Bangkok, Kuala Lumpur – Chiang Mai pp, Kuala Lumpur – Hongkong pp, dan Bangkok – Chiang Mai, pp. Kalau biaya tak murah, mustahil saya bisa travelling sesering itu. Dari catatan terbang bersama AirAsia, izinkanlah saya berbagi kelebihan dan kekurangan AirAsia sebagai maskapai bertarif rendah.

KEMUDAHAN RESERVASI, PEMBAYARAN DAN CHECK-IN

Mencari penerbangan, jadwal penerbangan (langsung atau sambungan), dan harga tiket sangat mudah melalui situs AirAsia. Anda tinggal menetapkan kapan hendak terbang, cari jadwal (jam) yang paling murah dan pas dengan pesawat sambungan, isi data penumpang, dan bayar pakai kartu kredit. Bila tak suka bayar secara online seperti ini, Anda bisa datang ke travel agent yang akan bantu Anda pesan dan beli tiket tunai.

AirAsia pula yang merintis cara web check-in, yakni check-in melalui situs AirAsia dengan mana Anda akan dapat nomor kursi dan mendapatkan boarding pass (pas naik pesawat) yang bisa langsung Anda cetak dengan printer di rumah (bisnis kursi AirAsia bisa Anda baca di sini) Cara-cara AirAsia pula yang memungkinkan Anda bisa hadir di bandara dengan hanya menunjukkan pesan sms kode booking Anda pada telepun seluler (tanpa perlu bawa tiket). Anda tinggal sampaikan kode booking pada petugas check-in dan segera Anda akan dapat boarding pass. Dengan boarding pass di tangan, proses check-in akan semakin singkat. Kopian itinerary dan boarding pass difoward juga ke email Anda dan oleh karenanya, sekalipun Anda lupa bawa printout tiket atau boarding pass ketika di bandara, Anda bisa buka pesan email di mana saja, dan minta petugas konter AirAsia cetakkan tiket atau boarding pass asal Anda tak lupa kode booking.

Kalau Anda ogah melakukan check-in di konter, Anda bisa datangi mesin-mesin check-in yang tersedia tak jauh dari konter check-in. Ini memungkinkan Anda tidak perlu repot-repot antri bila Anda tak bawa bagasi yang didaftarkan.

[caption id="attachment_345472" align="aligncenter" width="384" caption="Konter check-in dan mesin self-check-in, bandara internasional Chiang Mai, Thailand (foto : Eddy Roesdiono)"]

1420697655309863163
1420697655309863163
[/caption]


Adalah AirAsia juga yang bergagasan menyertakan airport tax (pajak bandara) pada harga tiket (kecuali AirAsia QZ); jadi biaya yang Anda bayar sudah termasuk airport tax. Angka airport tax dan tambahan-tambahan lain ini pulalah yang terkesan menipu. Bila Anda lihat harga tiket, misalnya Rp 90.000 untuk penerbangan dari Kuala Lumpur, jangan lupa tambahkan airport tax sebesar sekitar Rp 200.000 dan fuel surcharge (iuran bahan bakar) sebesar sekitar Rp 100.000. Pemilahan komponen-komponen biaya ini merupakan cara strategis AirAsia dalam menampilkan harga yang terkesan murah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun