Mohon tunggu...
eddy lana
eddy lana Mohon Tunggu... Freelancer - Eddylana

Belajar menjadi tukang pada bidang yg dinamis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lebaran Buat Madin

18 April 2023   00:21 Diperbarui: 1 Juli 2023   16:02 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

     Madin melompat-lompat kecil penuh gembira, beberapa anak yang lebih tua tampak sedang sibuk. Mereka terlihat sedang merapihkan dan membersihkan Rebana dan gendang kecil, yang baru saja diberikan pak Ketua RT. Rupanya alat tabuhan itu baru saja diambil dari dalam gudang rumah pak RT. Jadi bisa dimaklumi kalau dipenuhi debu kotoran dan juga sarang serangga. 

     Jam sudah menunjukkan waktu pukul 03.00. Pak RT masih berdiri didepan rumahnya, sepuluh anak bergerombol dan berceloteh riang sembari mempersiapkan peralatan bunyi bunyi-an yang akan dipergunakan untuk membangunkan para warga yang akan sahur. 

      Irwan, anak paling tertua diantara  semuanya menyusun siapa saja yang harus berada di barisan depan, dan siapa pula yang harus berada di barisan tengah dan belakang. Terhitung ada sepuluh anak di dalam rombongan  itu, Madin termasuk tiga anak terkecil dalam rombongan, jadi ketiga anak itu diberi  tempat di bagian sebelah depan barisan. 

     Dari halaman nya,  dengan terharu pak RT memandang kesibukan anak-anak itu. Ada yang membantu membersihkan gendang kecil, rebana, serta tambur mini. Sebagian lainnya saling berceloteh dengan ceria. Jelas sekali jika saat itu hati mereka sedang gembira. 

     Kini pak RT mengalihkan pandangnya ke-arah seberang rumahnya. Pada sebuah rumah yang berpenampilan sederhana tetapi cukup besar,  dan ada sebidang halaman kecil yang ditanami rumput. Sebuah papan kecil yang ditopang dua tiang tongkat besi setinggi dua meter  tertanam kokoh di halaman itu. Pada permukaan papan, tertulis dengan huruf kapital besar- RUMAH YATIM PIATU RAHMAT ALLAH-. 

     Tanpa sadar, bola mata pak RT sekejap berkaca-kaca. Perlahan ingatannya mengulang kenangan, saat beliau masih menjadi penghuni RUMAH YATIM PIATU RAHMAT ALLAH. 


     Ya, beliau dulu adalah salah satu penghuni rumah yatim-piatu itu. Ibunya wafat menyusul Ayahnya yang juga telah tiada  ketika beliau masih duduk dikelas dua SD.  Karena sanak saudaranya juga bukan orang yang berada. Walaupun dengan berat hati, sanak saudara nya mengirim beliau ke panti asuhan RAHMAT ALLAH itu. 

     Cukup lama pak RT kecil berada di panti asuhan, dan mendapat pekerjaan setelah lulus SMA. Dan mungkin sudah jodoh ketika beliau menikahi putri dari ibu pengasuh panti, sampai beliau  akhirnya ikut juga mengelola panti tersebut. Karena ibu pengasuh panti yang sehari-hari punya sebutan bu Ningsih yang sekaligus sebagai mertuanya sudah  mulai beranjak menua. 

     Selama ikut mengelola panti pak RT jadi paham, bahwa hidup-matinya sebuah panti asuhan, sebagian besar berasal dari dana donatur atau penyumbang. Tetapi tak selamanya sumbangan bakal berjalan lancar, terkadang tersendat. Sehingga pengasuh harus punya kepintaran mengelola dana, agar perut para anak asuhan tak terlalu keroncongan. 

     Datangnya bulan puasa menjelang Lebaran, adalah sesuatu hal yang paling ditunggu anak-anak . Karena, biasanya Panti di banjiri sumbangan dari donatur langganan atau penyumbang dadakan yang mungkin tergugah hatinya oleh nasib anak yatim-piatu. 

     Karena di panti tak ada gudang, maka sebagian kamar anak-anak akan dipenuhi oleh sumbangan bahan makanan seperti, beras, mie instan, kecap dan  macam jenis lainnya. Ada juga yang berupa uang yang biasanya akan disimpan oleh bu Ningsih . Dan kalau berlebih  akan digunakan untuk keperluan sehabis Lebaran. 

     Sebagai mantan anak asuh, pak RT punya bermacam kenangan selama tinggal disitu. Kenangan manis,  kenangan menyedihkan, dan ada juga kenangan pahit. Walau akhirnya semua  kenangan itu bisa berubah menjadi berbagai kenangan yang dirasakan  lucu saat menjadi tua kelak. 

     Yang paling membekas di-ingatan pak RT adalah kalimat yang paling sering diucapkan ibu Ningsih mertuanya, pada anak asuhannya. Terlebih ketika persediaan uang menipis, karena ada beberapa donatur yang tak mengirim sumbangannya. 

     Bu ningsih akan mengumpul kan seluruh anak asuh nya yang berjumlah 20 orang anak itu. 

     " Sekarang ibu ingin bertanya pada kalian,  saat ini uang Yayasan sudah menipis dan belum kelihatan ada sumbangan donatur yang terkirim pada yayasan kita. Jadi ibu..." Bu Ningsih tak meneruskan bicaranya, sebab hampir seluruh anak yang duduk bersila di depannya tiba-tiba mengangkat jari telunjuk. 

     " Aku mau dengan kecap aja bu. "

     " Aku juga bu,  kalau dengan kecap dan kerupuk bisa makan tiga kali, daripada pakai lauk-pauk cuma dua kali dan nasinya pun cuma sedikit"

     " Aduh...ibu belum ngomong apa-apa , kok tahu-tahu sudah dipotong sih.. " ujar bu Ningsih berpura-pura bingung, padahal beliau sudah menduga bahwa anak-anak pasti akan berbuat seperti itu. Sebab kekurangan dana itu kerap terjadi. Dan malaikat-malaikat kecil itu pun suka melakukan-nya, yaitu memotong pembicaraan bu Ningsih. Karena mereka sudah sangat hafal akan jawabannya. Anak-anak tertawa serempak melihat tingkah pengasuh yang mereka sayangi itu. 

     Bu Ningsih sangat terharu, sebulir air-mata nyaris keluar dari kelopak matanya. Rupanya para anak asuhan sudah hafal betul, apa pertanyaan yang bakal keluar dari mulutnya. 

     Yaitu :  makan dua kali dengan lauk-pauk tetapi nasi nya sedikit, atau makan tiga kali tetapi cuma dengan kecap plus kerupuk -cuma nasinya cukup banyak. Dan pilihan anak-anak ternyata selalu pilihan kedua, yaitu makan tiga kali dengan kecap dan krupuk. Dan situasi seperti itu memang bukan hal yang aneh di Panti Asuhan Rahmat Allah. 

     Pak RT mendekat, sepertinya anak-anak sudah siap untuk  melanjutkan acara mereka. 

     " Ingat! Jangan terlalu berisik dan bersorak-sorai berlebihan. Bunyi-bunyian kalian tak boleh terlalu mengganggu ketenangan para warga yang akan melakukan sahur. " demikian ujar pak RT mewanti-wanti, sebelum beliau melangkah masuk kedalam rumah. 

     Irwan kemudian sibuk mengatur barisan, sebelum akhirnya dia memberi aba-aba yang membolehkan  anak-anak untuk mulai berjalan.  Dan seperti kuda lepas kendali, diantara mereka ada yang terlalu cepat melangkah. Sehingga membuat barisan menjadi kacau, dan Irwan terpaksa memberhentikan barisan sejenak. Dan kemudian maju kembali setelah dia mengatur dan memperingatkan semuanya untuk selalu menjaga barisan agar terlihat rapi. 

      " Sahuuuur.. Sahuuuur... "  Rombongan anak-anak itu mulai memutari lorong-lorong yang merupakan wilayah RT mereka. Sebagian menari-nari gembira mengikuti irama pukulan rebana yang mengiringi lagu Qasidah-an. Sebagian lain berteriak mengumandang kan kata sahur dengan suara yang tak terlalu keras. 

     Tampak sekali anak-anak menikmati kegiatan mereka. Madin dan sebagian anak terlihat menari-nari sembari mendendangkan kata sahur. Dan sebagian lainnya ada yang berceloteh sesama mereka. Walau begitu barisan tetap rapi dan tak saling mendahului. 

     Sudah beberapa hari ini mereka melakukan kegiatan itu. Sesekali mereka terpaksa tak melakukannya karena diganggu oleh turunnya hujan. 

     Seluruh warga yang berdiam di lingkungan RT itu menyambut baik kegiatan para anak panti asuhan, bahkan sebagian lainnya menyatakan senang. Apalagi kegiatan mereka tak mengganggu seperti di kebanyakan tempat, dimana bunyi-bunyian dan teriakkan sahur dirasa terlalu berlebihan. 

     Sekarang, mereka harus belok kanan. Sebab jalan lurus adalah jalan yang berlainan RT. Di sebuah pintu pagar yang terbuka muncul seorang ibu setengah baya, di tangannya tergenggam sebuah bungkusan kantong plastik besar. 

     "Selamat pagi tante Maria..! " beberapa anak mengucap salam pada ibu tersebut. 

     " Selamat pagi anak-anak, nah ini sekadar pengganan untuk menemani kalian sahur nanti" Ujar ibu tersebut sembari menyodorkan sebuah bungkusan pada seorang anak. 

     " Terima kasih banyak tante Maria. " jawab anak-anak nyaris berbarengan. Mereka sangat mengenal ibu Maria, beliau adalah seorang anggota sebuah gereja yang letaknya tak jauh dari rumah piatu mereka. Ibu Maria pun pernah beberapa kali datang, untuk menyumbangkan sejumlah dana dari perkumpulan gereja untuk membantu yayasan piatu mereka. 

     Kini, mereka hampir mengakhiri kegiatan. Seluruh wilayah RT sudah dikelilingi, dan tinggal beberapa rumah lagi yang harus dilewati, sebelum tiba di rumah yayasan piatu dan menikmati makan sahur mereka. 

     Nah, itu ada sebuah pintu rumah yang terbuka, seorang anak sebaya Madin tampak bergegas melangkah keluar halaman. Pada tangannya tergenggam sebuah bungkusan plastik berwarna merah. Seorang ibu muda mengikuti dari arah belakang, beliau tampak tersenyum-senyum menyaksikan tingkah anaknya. 

     " Abang Irwan, aku punya sedikit kue-kue untuk abang sahur nanti. " seru anak sebaya Madin tadi pada Irwan yang dihampiri nya. 

     " Terima kasih dik Komang, nanti tidur lagi ya" jawab Irwan sambil mengusap rambut anak tersebut. 

" Terima kasih juga bu Ni Luh untuk kue-kue nya" ucap Irwan juga pada ibu muda itu. 

     Bu Ni Luh mengangguk tersenyum, beliau berasal dari Bali dan beragama Hindu. Dan beliau juga adalah ketua PKK dari RT disini. 

     Bu Ningsih tampak sudah menunggu di pintu halaman. Tangannya melambai seakan mengisyaratkan anak-anak untuk lekas masuk kedalam rumah. 

     " Ayo, cepat masuk. Nanti makanan sahur kalian keburu dingin. " ujarnya dengan nada sedikit khawatir. 

     Anak-anak bergegas masuk, langkah mereka terhenti pada hamparan lebar sebuah tikar pada ruang tengah rumah. Dimana puluhan piring sudah terletak dan berisi makana siap santap. 

     Sejenak beberapa diantara mereka berhenti dan kemudian menatap heran pada bu Ningsih. Bu Ningsih cuma tersenyum melihat keheranan para anak asuhnya. 

     "Kenapa? Ada yang aneh? " Tanya bu Ningsih sembari melepas senyum. 

     " Ada ayam goreng bu, dan juga banyak. " ujar Irwan masih dengan nada heran. 

    BBu Ningsih sekali lagi tersenyum penuh haru. Beliau maklum apabila anak-anak pasti akan terkaget-kaget melihat, betapa potongan ayam goreng yang terlihat begitu lezat, memenuhi piring-piring di atas bentangan tikar. Makanan terlezat yang belum tentu terhidang dua bulan sekali. 

     " Tadi ada kiriman goreng ayam yang dibawa abang ojek online. Semula ibu bingung, siapa yang telah mengirim makanan lezat ini buat kita. Setelah ibu baca nama pengirimnya, ternyata beliau adalah Bu'de nya Madin, yang bernama  Shanti. " jelas bu Ningsih pada mereka. Sejenak mata anak-anak beralih pada Madin. 

     " Terima kasih Madin. " Ucap mereka serempak pada Madin, Madin cuma mengangguk sedikit disertai wajah terkejut. Bu'de Shanti rupanya sudah kembali dari Hongkong. Bu'de nya itu bekerja sebagai TKW disana selama empat tahun. Dalam hati Madin bertanya-tanya, dimana Bu'de nya saat ini? Kenapa beliau tak datang ke panti untuk menengok dirinya. 

     Acara sahur menjadi bersemangat, anak-anak terlihat menyantap dengan lahap. ayam goreng yang terhampar didepan mereka, Bu Ningsih yang ikut makan bersama, tertawa terkekeh menyaksikan semua piring menjadi licin dan tandas. 

     " Semoga kalian cepat besar dan menjadi orang sukses.. " celetuk  bu Ningsih. 

    Sekonyong terdengar pintu diketuk. Wajah pak RT muncul di pintu yang terkuak. 

     " Assalamu'alaikum anak-anak. " ujarnya sembari mengucap salam. 

     " Madin, ini ada Bu'de mu menelpon. Ayo terima... "  Agak tergopoh pak RT menyodorkan telpon seluler yang dipegang nya pada Madin. 

     " Hallo Bude, ya kabar Madin baik Bude. Oh Bude sekarang menginap di hotel? Baru tadi siang mendarat? Terima kasih buat ayam gorengnya Bu'de, cuma sayang gak tersisa sama sekali alias ludes kami serbu" Madin berhenti sejenak, lalu tertawa yang di-ikuti oleh anak lainnya. Kemudian anak itu kembali melekat kan telpon seluler ke telinganya. 

     " Bu'de mau datang? Besok? Oh Terima kasih, aku juga kangen sama Bu'de. Tapi kalau Bu'de mau ambil Madin dari panti, Madin gak mau. Madin betah tinggal disini, semua sayang Madin. Oh.. Bu'de mau ngomong sama pak RT..? " Tiba-tiba Madin memberikan telpon seluler itu pada pak RT. 

     Cuma sejenak pak RT beradu bicara dengan Bu'de nya Madin. Kemudian beliau mematikan telpon seluler nya dan memanggil Madin yang lalu mendekat. Pak RT memegang bahu Madin. 

     " Bu'de mu bilang, kalau kamu gak mau meninggalkan panti. Maka beliau mengalah dan mau cari dan beli rumah disekitar dekat ke panti ini saja. Sebab beliau sangat sayang dan ingin dekat denganmu, keponakan semata wayang. "  sampai disitu pak RT berhenti. Lalu matanya berputar menatap wajah seluruh anak anak . 

     " Nah, anak-anak. Tadi Bu'de nya Madin menawar kan. Pada hari kedua Lebaran nanti, beliau ingin mengajak semua anak panti untuk mengunjungi tempat hiburan. Dan kalian boleh memilih sendiri ke tempat mana yang kalian mau kunjungi. Mungkin Ancol, Kebun-binatang, Taman-mini, atau apa saja. " Setelah  itu pak RT kembali ke rumah nya, dan bu Ningsih masuk kedalam kamarnya. 

Seketika, ruangan mendadak berubah riuh. Anak-anak saling berebutan menyuarakan tempat hiburan yang dipilihnya. 

     " Aku Ancol..! " 

     " Tapi, lebih baik ke kebun- bintang. Bisa lihat macam- macam binatang. "

     " Di Ancol kita bisa berenang di laut"

     Mata Madin berkaca-kaca, hatinya sangat gembira melihat kegembira-an kawan- kawannya. 

     Di tilpon tadi, Bu'de Shanti bilang besok mau datang ke panti untuk menengok Madin sambil membawakan pakaian baru. Madin merasa sedang sekali, sejenak dia membayang kan diri nya sedang memakai baju baru itu. Oh betapa gembira nya hati Madin saat itu.

      Sementara itu, suara azan subuh terdengar melantun syahdu dari musolah yang tak jauh dari tempat mereka. Anak-anak segera memakai kain sarung dan bergegas pergi ke mushola. Tak ketinggalan Madin yang masih gembira, melangkah sambil berjingkrak kecil di belakang mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun