Mohon tunggu...
EcyEcy
EcyEcy Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Sejatinya belajar itu sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Misteri Malam Jumat (25)

28 Februari 2020   17:03 Diperbarui: 28 Februari 2020   17:04 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Entahlah. Mungkin aroma dari tempat lain yang terbawa angin." Jawabku asal.

"Tapi arah angin berasal dari sana." Teriak Guntur sambil menunjuk lembah tempat sungai berada.

Aku bingung harus menjawab apa. Yang dikatakan Guntur memang benar adanya. Sejujurnya, aku pun bingung aroma ini asalnya dari mana.

Masing masing turun ke lembah yang agak curam. Tangga alami dari tanah dengan jalan setapak yang kecil hanya memungkinkan kami turun bergantian. Tak bisa bersama.

Sesampainya di dekat sungai....

"Airnya jernih, tapi agak sedikit berminyak. Dan aroma menyengat yang kita cium memang berasal dari air sungai ini. Aku pernah menemui kondisi seperti ini. Ketika sungai di kampungku terpapar limbah cair dari pabrik industri." Guntur mengungkapkan pengalamannya.

"Jadi, kamu curiga air sungai ini tercemar?" Aku penasaran dengan isi kepala Guntur.

"Iya. Aku yakin sungai ini terhubung dengan suatu kawasan industri. Kita bisa cari tahu lewat warga."

Aku hanya terdiam memikirkan apa yang baru saja dibicarakan Guntur. Bisa jadi semua pemikirannya ada benarnya. Tapi mengapa Genta tak pernah mengetahui kalau di sekitar sini ada kawasan industri? Padahal katanya, dia sudah sering keluar masuk hutan ini hanya demi pengejaran dan penyelidikannya.

"Ayo kita pulang sebelum terjadi apa apa! Udara di sini tak baik untuk kita." Guntur mengajak teman teman lainnya untuk pulang.

Sambil menutup hidung dengan kain baju seadanya, masing masing dari kami menjauhi dasar lembah. Menjauhi aroma menyengat yang menyesakkan rongga dada. Menjauhi sungai yang jernih dengan segala misterinya. Apa sebenarnya yang sedang berlaku di kampung ini?


Benuo Taka, 28 Februari 2020.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun