Mohon tunggu...
EcyEcy
EcyEcy Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Sejatinya belajar itu sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Malam yang Basah

4 Januari 2020   12:20 Diperbarui: 4 Januari 2020   19:04 993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Pixabay/Fathromi Ramdlon)

"Bisakah Mba Andini datang ke sini? Saya tunggu." Matanya memandang tajam ke luar jendela kaca yang basah diterpa hujan.

Orang ketiga itu lalu memberikan lokasinya agar Andini tak tersesat di jalan yang basah malam ini.

*****

---Pertemuan---

Satu jam kemudian. Andini menghambur masuk ke sebuah ruangan. Dengan menangis perih dia pukul berkali-kali dada Romi. Romi diam saja. Sedangkan orang ketiga itu berdiri menjauh sedikit dari Romi untuk  memberikan keleluasaan pada Andini meluapkan perasaannya.

"Maaf Bapak dan Ibu, saudara Romi mengalami kecelakaan tunggal di jalan. Kami menghubungi anak Bapak Ibu karena hanya nomor saudari Andini yang terakhir dihubunginya." Wanita berseragam coklat itu menjelaskan pada orang tua Andini.

Sedang di dimensi lain, tampak Romi bersedih melihat tangis Andini. Suaranya tak mampu didengar lagi. Sekuat apa pun pernyataan cintanya.

Tangannya tak mampu menggapai sosok mungil Andini lagi. Seerat apa pun pelukannya. Tubuhnya hanya melayang terbang menjauhi Andini, menjauhi mereka semua, menjauhi bumi. Melesat meninggalkan pesan duka bersama malam yang basah.


Salam hangat salam literasi😊🙏
Love and peace😁✌️
EcyEcy; Benuo Taka, 25 Desember 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun