---Lelaki---
Derasnya hujan malam ini tak menyurutkan niatku. Kulalui aspal basah dengan putaran roda motor. Jalan tampak lengang sebab dinginnya suhu mampu menggigit persendian. Orang-orang lebih memilih tidur dalam dekapan sayang. Sedang aku memilih hadir di rumahmu, sayang.
Ditemani temaram lampu kota, kujalankan roda dua ini dengan cepat. Sebab jatuhnya air bersaing dengan angin mengaburkan pandanganku. Jadi aku tak mau berlama-lama di tengah derai hujan. Dan bayangmu membakar semangatku. Hingga basahnya tubuhku kuanggap sebagai prestasi. Aku harus sampai di sana nanti.
Aku tahu di  ujung tujuanku ini, ada kamu yang menanti. Aku tak mau mengecewakanmu. Meskipun berat memilih untuk berada di jalanan basah ini. Sebab kondisi fisikku yang kurang fit karena lelah sebab tugas luar kota yang harus kulakoni siang tadi. Tapi demi melebur rasa rindu, kuiyakan saja pinta temu itu.
*****
---Wanita---
Di tepian jendela kaca, berdiri sosok mungil dengan gelisah. Paras wajah ayunya mengguratkan kekhawatiran yang mendalam. Gerak-gerik tubuhnya menggambarkan ketakutan.
Berkali kali matanya menyisir jalan basah di depan rumahnya. lengang, sepi, tak ada yang lewat. Jam dinding pun tampak tak enak hati sebab berkali-kali dipandangi. Tampaknya yang ditunggunya belum juga datang.
"Ah... seandainya aku bisa sedikit mengerti, tentu tak akan segelisah ini menanti Romi." Andini mengeluh di depan kaca buram dengan desah yang tertahan.
Perempuan itu mengulang kembali percakapan telepon yang terekam dalam ingatannya.
"Malam ini kamu ke rumahku ya, Rom."