Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tulis Dulu, Edit Kemudian!

19 Maret 2012   09:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:48 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mengapa proses penulisan sebuah artikel menjadi begitu lambat dan tersendat-sendat? Mengapa aktivitas menulis bisa menjadi biang keladi frustrasi dan menggoda niat untuk berhenti?Adakah penyebab masalah ini sampai-sampai membuat orang enggan melanjutkan menyusun artikel, bahkan mengurungkan niat menjadi penulis sukses?Ternyata, dari beberapa kasus yang banyak dikeluhkan, kesulitannyaantara lain terletak pada keinginan untuk menyusun tulisan yang sempurna pada saat memulai menulis, sesuatu yang mustahil diperoleh.

Mari kita bahas lebih jauh. Menulis adalah menulis. Menulis itu bukan mengedit. Itu pasti. Harus dipisahkan antara pekerjaan menulis naskah dengan mengedit naskah. Dua hal yang berbeda, yang tak elok kalau dicampur aduk. Kalau dipaksa dicampur aduk, maka proses penulisan akan berlangsung sangat lambat, dan bahkan bisa membuat penulisnya frustrasi karena artikelnya tak kunjung selesai. Lalu, bagaimana?

Jika kita hendak menulis, ya, menulis saja. Tulislah ide-ide yang dimiliki, baik yang sudah dibuat dalam bentuk outline maupun yang hanya tersimpan di dalam benak. Tulis dan tulis terus hingga selesai. Jangan pedulikan kalau terjadi kesalahan ketik, jangan pula pedulikan kalau belum sistematis penyajiaannya. Pokoknya, tulis dan tulis saja sampai seluruh ide habis tertuang. Jika dalam proses penulisan muncul godaan untuk mengedit, jangan pernah diindahkan. Menulis dan teruslah menulis sampai ide-ide yang ingin dituangkan tuntas. Jangan pernah menghakimi tulisan yang baru lahir dari ruang pikir kita. Tabu!

Usai menulis keseluruhan ide, barulah mulai memikirkan untuk mengedit. Sebelum memulai mengedit sebuah artikel, ada baiknya beristirahat dulu sejenak agar pikiran kita fresh, segar kembali. Kita bisa memilih aktivitas lainnya untuk, sementara waktu, melupakan draft artikel itu. Kemudian, pada saat kembali ke depan komputer, barulah memulai mengedit artikel tersebut. Lakukan secara perlahan-lahan dari awal hingga akhir. Yang diedit mengangkut, misalnya, kesalahan pengetikan, pilihan kata, penalaran, dan sistematika.

Keberhasilan menulis 50 persen ada pada penyusunan draft dan 50 persen lainnyaterletak pada kemampuan mengedit. Kemampuan mengedit artikel meliputi antara lain kecermatan berbahasa, ketepatan penalaran, yang dilandasi kesabaran. Kecermatan yang tinggi akan membawa sebuah karya pada tingkat kesalahan yang sangat kecil.Kesabaran yang baik terwujud melalui kesediaan menjalani proses pengeditan secara perlahan-lahan dan berulang-ulang sebelum dipublikasikan. Penulis yang sabar dalam editing akan menghasilkan artikel yang ‘gue banget’. Maksudnya, apa yang dihasilkan merupakan sesuatu yang unik, khas, dan mencerminkan kepribadian sang penulis.

Oleh karena itu, mari menulis dengan, pertama-tama, menulis an sich. Setelah selesai, barulah dilakukan pengeditan secara cermat dan penuh kesabaran. Semoga dengan begitu akan tercipta karya yang ‘bersih’ dan ‘gue banget’.

( I Ketut Suweca , 19 Maret 2012).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun