Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menanamkan Nilai Kesantunan pada Anak Sejak Dini

24 April 2022   10:35 Diperbarui: 25 April 2022   17:18 1051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menanmkan nilai kesantunan pada anak sejak dini (Sumber gambar: freepik).

Permintaan maaf itu tidak melulu disampaikan saat berbuat salah. Ketika menyela pembicaraan karena sesuatu hal, misalnya,  kita pun menyampaikan maaf.

Anak-anak mesti juga dilatih untuk menyampaikan kata maaf ketika ia berbuat kesalahan dan ketika ia terpaksa menyela pembicaraan.

Dengan kata maaf itu, ia telah menghargai keberadaan orang lain sekaligus menyadari kesalahannya, kesalahan kecil sekali pun.

Tentu saja kesalahan itu tidak selesai dengan permintaan maaf, melainkan mesti ditindaklanjuti dengan pembenahan atau tidak lagi mengulangi kesalahan tersebut.

Mengucapkan Kata Tolong

Kata tolong sudah terbiasa terdengar di telinga kita. Kita pun sudah biasa mengucapkannya ketika meminta bantuan. Akan tetapi, sudahkah kita biasakan pada anak-anak kita?

Kata tolong mencerminkan permintaan bantuan atau pertolongan kepada orang lain. Hal ini mesti dipahami oleh anak ketika ia akan mengucapkannya.

Tidak harus untuk bantuan yang besar baru menyampaikan permintaan tolong ini. Bantuan kecil atau sederhana sekali pun kata tolong harus dibiasakan untuk diucapkan.

Misalnya, kata-kata "Ayah, tolong ambilkan kertas itu ya." "Tolong geser sedikit duduknya." "Ma, tolong ambilkan baju adik ya." Dan seterusnya.

Anak-anak mesti tahu bahwa kata tolong ini adalah kata untuk permintaan bantuan. Dan, dengan kata tolong, orang lain akan lebih senang mendengarkan dan lebih tergerak untuk membantu dengan senang hati.

Menjadi Teladan yang Baik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun