Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Wajah Perpustakaan Sekolah dan Desa di Masa Depan, Seperti Apa?

25 Oktober 2021   18:15 Diperbarui: 26 Oktober 2021   02:41 1071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana pengunjung menggunakan fasilitas di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Selasa (1/12/2020).| Sumber: Tribunnews/Herudin

Di beberapa tempat saya melihat pengelola perpustakaan desa mengantarkan buku-buku perpustakaan lebih dekat dengan pemustaka dengan menggunakan sepeda motor roda tiga.

Ada juga yang menggunakan mobil pick-up yang sudah dimodifikasi. Mereka berkeliling desa, datang ke sekolah-sekolah dasar, ke tempat-tempat keramaian, untuk menyediakan dan mengajak masyarakat membaca buku.

Kedua, perpustakaan mengadopsi kemajuan teknologi. 

Perpustakaan dengan buku-buku cetak adalah hal yang biasa kita lihat. Memang seperti itulah wujud perpustakaan konvensional. Tidak ada yang salah dengan perpustakaan seperti ini dan keberadaannya mesti tetap dijaga.

Nah, bersamaan dengan itu, pengelola perpustakaan seyogianya juga mengadopsi kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dalam pelayanannya. Misalnya dengan menyediakan perpustakaan digital (e-library) untuk para pengguna atau pemustaka.

Dengan layanan berbasis teknologi itu, para pemustaka tidak harus datang berkunjung ke perpustakaan untuk membaca atau meminjam buku. Dengan aplikasi digital, mereka sudah bisa membaca e-book melalui handphone di mana pun mereka berada sepanjang ada internet.

Wajah perpustakaan di masa depan (Sumber gambar: architonic.com)
Wajah perpustakaan di masa depan (Sumber gambar: architonic.com)

Ketiga, menjadikan perpustakaan sebagai tempat yang nyaman untuk belajar. 

Kalau dulu perpustakaan banyak tidak terurus dan yang jauh dari kenyamanan, maka sekarang dan ke depan tidak boleh lagi terjadi hal seperti itu.

Perpustakaan yang baik adalah perpustakaan yang memberikan rasa nyaman, rasa santai dan menyenangkan bagi pemustaka.

Perpustakaan ke depan tidak lagi hanya menjadi tempat untuk membaca buku, bahkan juga untuk berdiskusi, untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru atau dosen sambil menikmati secangkir teh, misalnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun