Padahal, kesempurnaan adalah sesuatu keadaan yang sangat sulit dicari. Seperti apa kesempurnaan itu?
Kedua, mendulang stres sendiri.
Menjadikan segala sesuatu serba sempurna bisa membuat si empunya stres berpikir dan mengusahakannya.
Kesempurnaan yang dikejar, sungguh sulit direalisasikan dalam kehidupan nyata. Dan, ini bisa menyebabkan orang merasa tertekan atau stres menghadapinya. Apalagi ada deadline yang membatasi.
Ketiga, kurang produktif.
Karena menuntut diri mendapatkan hasil sempurna, maka setiap pekerjaan yang ditangani akan diusahakan sebaik mungkin.
Karena standarnya adalah kualitas tertinggi yang tiada bandingnya, maka orang seperti ini pada umumnya tidak produktif.
Dari sisi kuantitas orang ini tidak bisa diandalkan. Ia akan membuat satu barang saja dengan demikian intens-nya sehingga menyebabkannya tidak produktif dari sisi kuantitas.
Keempat, membutuhkan sumberdaya yang besar.
Waktu yang diperlukan mungkin jauh lebih lama dibandingkan rata-rata. Tenaga juga demikian, melelahkan dalam pengerjaannya. Sumber daya finansial bisa jadi lebih banyak. Pemikiran yang fokus dan intens juga sangat diperlukan.
Jadi, banyak sekali sumberdaya yang diperlukan untuk menghasilkan output yang sempurna.