Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Selamat Datang Perpustakaan Digital, Harapan Baru Pencerdasan Anak Bangsa!

2 Mei 2021   15:21 Diperbarui: 2 Mei 2021   20:31 1363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang sedang berkunjung dan belajar di Perpusnas Jakarta, (2/2019).| Sumber: Shutterstock/Sony Herdiana via Kompas.com

Perpustakaan. Apa yang terpikir oleh kita begitu mendengar kata ini? 

Mungkin kumpulan buku cetak di suatu tempat. Buku itu disiapkan khusus untuk dibaca dan boleh dipinjam. Kita pada umumnya mengenal perpustakaan dengan pola pikir seperti itu.

Kondisi Perpustakaan Desa

Kalau kita datang ke desa-desa, kita akan melihat perpustakaan seperti digambarkan di atas. Akan tetapi, pada umumnya tidak banyak buku yang ada di desa. Mungkin rata-rata kurang dari seribu eksemplar per desa. Buku-buku itu diletakkan sedemikian rupa di dalam rak.

Harapannya, jika ada pengunjung yang datang dengan berbagai urusan ke kantor desa, sambil menunggu, ia bisa membaca di perpustakaan desa setempat.

Perpustakaan desa pada umumnya memang masih sangat sederhana, tetapi memiliki potensi untuk berkembang.

Kondisi Perpustakaan Sekolah

Berbeda dengan perpustakaan desa, perpustakaan sekolah jauh lebih maju. Buku-buku koleksinya sudah relatif banyak.

Untuk menampung buku-buku diperlukan banyak rak. Dengan banyaknya jumlah dan judul buku, maka pilihan siswa akan banyak pula. Mereka bisa memilih buku-buku yang disukainya.

Di sebuah perpustakaan SMP, penulis mendengar pengakuan dari guru dan siswa setempat, bahwa buku yang paling disukai adalah buku cerita, khususnya novel.

Tentu saja ini perkembangan bagus untuk penumbuhan minat baca siswa. Di samping buku novel dan cerita lainnya, mereka mengaku juga menyukai buku-buku ilmu pengetahuan.

Perpustakaan digital (Sumber gambar: archdaily.com)
Perpustakaan digital (Sumber gambar: archdaily.com)

Perpustakaan Digital

Tentu kita boleh optimis perpustakaan sekolah akan menjadi sumber belajar yang dapat diandalkan, apalagi sudah ada sejumlah sekolah yang menyelenggarakan perpustakaan digital (e-library).

Ini merupakan cara baru agar para siswa dapat mengakses perpustakaan tersebut secara mudah. Misalnya, mereka tidak harus datang ke sekolah untuk mengakses sumber belajar, cukup dari rumah siswa sudah mendapatkan referensi yang dibutuhkannya.

Perpustakaan digital memberikan optimisme yang tinggi bagi upaya pencerdasan bangsa. Asalkan, perpustakaan, baik digital maupun konvensional, bisa diakses dengan mudah dan para siswa memiliki kegemaran membaca yang baik.

Semangat untuk membangun perpustakaan digital sudah mulai tumbuh di sekolah-sekolah. Hanya, karena baru saja dimulai, tentu masih belum maksimal dalam pengembangannya. Berharap perpustakaan digital ini akan maju pesat di masa depan.

Perpustakaan konvensional dengan buku-buku cetak terus dikembangkan, baik dalam jumlah koleksi maupun dalam layanan yang diberikan. Demikian juga dengan perpustakaan digital yang datang belakangan, perlu terus ditumbuhkembangkan.

Gedung Perpustakaan Universitas Indonesia(Sumber gambar: hecalibrary.blogspot.com)
Gedung Perpustakaan Universitas Indonesia(Sumber gambar: hecalibrary.blogspot.com)

Berjalan Seiring

Kalau dua model perpustakaan ini berjalan seiring, kita boleh meyakini bahwa keberadaan perpustakaan akan kian menarik perhatian siswa untuk mendatanginya. Apalagi disediakan tempat atau ruangan yang nyaman untuk membaca buku-buku perpustakaan tersebut.

Pengembangan perpustakaan memang mesti mengadopsi perkembangan teknologi. Digitalisasi perpustakaan memang harus terus dilakukan jika ingin perpustakaan menjadi sumber belajar yang accessible, nyaman, dan menyenangkan.

Keunggulan perpustakaan digital, sudah jelas. Teknologi ini memungkinkan siswa mudah mengaksesnya dari mana pun mereka berada selama ada internet.

Inilah kelebihan perpustakaan digital. Koleksi buku pun tidak memerlukan tempat yang banyak dan luas, seperti halnya perpustakaan konvensional.

Akan tetapi, kendati perpustakaan kovensional tampaknya kalah maju, namun ia memiliki kekhasan tersendiri. Ingatlah, tidak semua orang, termasuk siswa, senang membaca buku-buku digital (e-book). Mereka juga ingin melihat dan membaca buku-buku cetak seperti sebelumnya.

Satu hal yang menjadi keunggulan buku cetak adalah lebih nyaman bagi mata pembaca. Kelelahan mata saat membaca cukup lama tidak begitu terasa. Berbeda halnya dengan perpustakaan digital, yang seringkali membuat mata lelah lebih cepat.

Jelaslah bahwa kedua jenis perpustakaan ini bisa saling melengkapi. Apa yang tidak tersedia di perpustakaan konvensional, tersedia di perpustakaan digital, demikian juga sebaliknya.

Nah, apabila penggunaan kedua model perpustakaan ini berjalan seiring dan saling melengkapi, maka upaya pencerdasan bangsa akan terwujud secara bertahap.

Selamat atas tumbuh kembangnya perpustakaan konvensional di desa dan sekolah. Selamat datang untuk perpustakaan digital. Kolaborasi keduanya membawa kemajuan bagi peningkatan kecerdasan anak bangsa.

( I Ketut Suweca, 2 Mei 2021).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun