Penerapan tradisi ini bukanlah hal yang mutlak pada masyarakat Bali, mengingat  tidak semua orang Bali mengikuti sistem penamaan ini.
Belum jelas diketahui sejak kapan pastinya tradisi pemberian nama depan ini mulai ada di Bali. Namun, menurut pakar linguistik dari Universitas Udayana, Prof. Dr. I Wayan Jendra, S.U., nama depan itu pertama kali disebutkan dalam catatan sejarah pada abad ke-14. Penamaan ini telah menjadi tradisi dan hingga kini masyarakat Bali masih menggunakannya.
KB Bali Empat Anak
Belakangan ini ditengarai nama depan Nyoman untuk anak ketiga dan nama Ketut untuk anak keempat sudah mulai langka. Bukan karena tidak dipakai, melainkan karena banyak orang Bali hanya mempunyai dua anak, mengikuti program KB Nasional. Alhasil, yang banyak hanya Wayan dan Made.
Sehubungan dengan hal itu, Gubernur Bali, I Wayan Koster, berencana membangkitkan Keluarga Berencana (KB) versi Bali, yakni dengan empat anak. Menurutnya, KB Bali dengan 4 anak ini memiliki makna yang mendalam dan telah dipikirkan secara matang oleh para leluhur orang Bali.
Itulah sekilas tentang penamaan orang Bali yang didasarkan pada tiga patokan, yaitu berdasarkan jenis kelamin, urutan kelahiran, dan berdasarkan kasta. Karena anak ketiga (Nyoman) dan keempat (Ketut) mulai langka, maka KB versi Bali adalah 4 anak, bukan 2 anak!
(Â I Ketut Suweca, 13 Maret 2021).