Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjalani Hidup yang Bebas dari Rasa Cemas, Mungkinkah?

15 Agustus 2020   06:38 Diperbarui: 15 Agustus 2020   17:42 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pinterest.com/projectinspired.com

Sayangnya, lebih banyak masa lalu yang bermuatan negatif yang terseret-seret hingga ke saat sekarang. Hal ini menjadi beban pikiran dan perasaan yang harus ditanggung saat sekarang. Dan, jangan lupa, ini sangat berbahaya jika dibiarkan berlarut-larut.Bisa mengakibatkan  gangguan psikologis, mulai dari yang ringan hingga berat. Segala macam penyakit mental dan fisik banyak terjadi dari pikiran yang menarik masa lalu ke saat ini.

Seharusnya, biarkanlah masa lalu menjadi masa lalu saja. Ikhlaskan saja ia pergi dan menjauh. Ucapkan selamat tinggal kepadanya. Jangan ditarik lagi ke saat ini, ke detik ini. Karena hal itu hanya akan  membebani pikiran dan berpengaruh kepada kesehatan secara keseluruhan. Satu-satunya jalan untuk hidup sehat adalah membiarkan masa lalu tetap menjadi masa lalu, tanpa harus memikirkannya lagi dan lagi sekarang.

Masa Depan Bukan Sekarang

Selanjutnya, berpikir tentang masa depan. Masa depan tetaplah masa depan. Memang harus direncanakan dengan baik jika ingin masa depan kita menjadi lebih baik. Tetapi, masa datang tetaplah masa yang belum kita lalui. Ia masih ada di depan kita, entah dekat, entah jauh.

Akan tetapi, kalau kita mencemaskan masa depan, inilah yang tak boleh terjadi. Mencemaskan hal-hal yang akan mungkin terjadi yang sebenarnya belum tentu terjadi. Kalau hal itu kita lakukan, maka kita sudah menarik masa depan ke masa kini, ke detik ini, melalui kehendak pikiran yang diikuti oleh perasaan kita.

Mending kalau yang dipikirkan dan dirasakan itu adalah hal-hal positif. Tapi, jika yang ditarik itu hanya akan menambah beban pikiran dan hati kita di masa sekarang, detik ini, mengapa dilakukan? Mari rencanakan masa depan, tapi berhentilah mencemaskannya. "Pemborosan energi, penderitaan mental, kegelisahan dan kesedihan hati akan menyertai orang yang khawatir akan masa depannya," tulis Dale Carnegie. Dan, yang bisa kita kerjakan hanyalah segala sesuatu yang ada saat ini, detik ini saja. Kita hanya bisa mengeksekusi rencana apa pun saat sekarang.

Saat Ini, Detik Ini, Fokuslah!

Selanjutnya beban pikiran yang ketiga adalah masa sekarang, saat ini, detik ini, ketika semua orang harus berhadapan dengan berbagai persoalan hidup dan menemukan cara mengatasinya. Lalu bagaimana menyiasati saat sekarang? 

Tetaplah beraktivitas,  bergerak maju. Kita hanya bisa berkarya saat ini, detik ini. Keberhasilan dan kegagalan kita tergantung usaha kita saat ini. Keberhasilan atau kegagalan adalah buah da usaha kita.

Keberhasilan bisa membuat hati senang, sebaliknya kegagalan bisa membuat orang yang mengalaminya bersedih hati. Tetapi, kita masih bisa bangkit dari kegagalan. Kita masih bisa bangun dari kejatuhan. Dan, jika sebuah masalah tak berhasil tertangani bukan berarti dunia akan kiamat! Tetaplah melangkah, berjuang sebisanya, dan serahkan hasilnya kepada Tuhan.

Sertakan saja Tuhan dalam setiap langkah kita. Pandanglah Tuhan sebagai sahabat karib yang selalu setia mendampingi, yang selalu siap sedia menghibur kita saat sedang bersedih, selalu membesarkan jiwa kita saat sedang berputus asa, dan senantiasa mendorong kita jika semangat juang kita sedang terpuruk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun