Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bekerja dengan Penuh Sukacita

12 Januari 2019   15:31 Diperbarui: 12 Januari 2019   15:35 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mengapa bekerja? Untuk apa bekerja? Sebuah pertanyaan yang filosofis dan sangat substantif.  Terdapat beragam jawaban yang mungkin muncul. Ada yang mengatakan, bekerja itu perlu untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup, karena hanya dengan bekerja orang mendapatkan penghasilan. Ada pula yang menyatakan bahwa tanpa bekerja orang tidak akan dapat bertahan hidup. 

Menurutnya, untuk bisa hidup normal, siapapun perlu menggerakkan tubuh, pikiran, hati, dan karsa-nya dengan bekerja. Orang spiritualis berkeyakinan bahwa bekerja itu adalah perintah Tuhan. Manusia yang dilahirkan ke dunia ini memang sudah seharusnya bekerja. Jika tidak, berarti dia mengingkari fitrah-nya sebagai manusia.

Lantas, bagaimana kita bisa menyenangi pekerjaan dan dengan sukacita melakukannya,  mengurangi kebiasaan mengeluh? Bagaimana kita bisa berdisiplin dan dengan tulus-ikhlas melaksanakan pekerjaan sehari-hari?

Bentuk Ibadah dan Keikhlasan

Pertama, cintai pekerjaan itu. Untuk bisa menikmati pekerjaan dan memperoleh kegembiraan, maka cintai pekerjaan tersebut. Sebisanya, ambil pekerjaan yang sesuai dengan passion atau minat. 

Dengan mengerjakan pekerjaan yang kita sukai, maka kita akan mendapatkan sukacita darinya. Bagaimanakah kalau pekerjaan yang kita lakoni tak sesuai passion? Hanya ada dua pilihan, berusaha dengan sungguh-sungguh mencintai pekerjaan itu dengan mendalaminya, atau resign dan temukan pekerjaan yang selaras dengan minat.

Kedua, pandanglah bekerja itu sebagai wujud bakti kepada Tuhan. Kalau bisa bersikap seperti ini, maka kita akan bekerja dengan sungguh-sungguh, karena di dalamnya ada misi suci besar yang sedang kita perjuangkan, yakni bekerja sebagai wujud bakti atau ibadah kepada pemilik kehidupan ini. Setiap kerja yang kita lakukan adalah untuk Tuhan, setiap hasil yang kita peroleh adalah karunia Tuhan. Kegembiraan, bahkan kebahagiaan, niscaya akan hadir karena kita merasa yakin sudah bekerja di jalan Tuhan.

Ketiga, bekerjalah dengan ikhlas. Inilah bagian yang paling sulit. Ada adagium yang berbunyi: quid pro quo (sesuatu untuk sesuatu). Jadi, bekerja pun ada pamrihnya. Untuk dapatkan penghasilan, misalnya. 

Tidaklah masalah dengan hal ini. Yang terpenting, tugas kita adalah bekerja dan bekerja dengan sebaik kita bisa, hasilnya ditentukan oleh Tuhan. Jika kita bekerja dengan baik, maka hasilnya pun akan baik, demikian pula sebaliknya.  Di sini berlaku hukum sebab-akibat. Maka, tugas kita adalah bekerja dengan baik dan ikhlas, tanpa menggerutu. Bukankah hasil tak pernah mengingkari usaha?

Tetapkan Target dan Jadilah Profesional 

Keempat, bekerjalah dengan target. Di dalamnya termasuk target kuantitas, standar kualitas, dan target waktu. Tanpa target, orang cenderung bekerja dengan mengikuti mood saja. Saat muncul mood, baru bekerja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun