Mohon tunggu...
ECOFINSC UNDIP
ECOFINSC UNDIP Mohon Tunggu... Jurnalis - Kelompok Study Finance FEB UNDIP

ECOFINSC FEB UNDIP adalah organisasi mahasiswa berbentuk kelompok studi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian mengenai permasalahan perekonomian maupun keuangan di lingkup nasional maupun internasional. Lebih lanjut mengenai ECOFINSC dapat di akses melalui https://linktr.ee/Ecofinscfebundip

Selanjutnya

Tutup

Money

Menyingkap Maut di Balik Kemudahan Akses Bajakan bagi Pendidikan Indonesia

15 Agustus 2021   16:15 Diperbarui: 15 Agustus 2021   16:21 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdasarkan keterangan dari Humas Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi), bahwa pembajakan terhadap karya intelektual sudah menjadi industri di Indonesia. Harga yang dijual dalam bentuk produk bajakan rata-rata bisa mencapai seperempat dari harga produk original. Oleh karena itu, tingkat permintaan terhadap produk bajakan sangat tinggi.  

Sebagai contoh adalah terdapat beberapa harga yang akan diberikan oleh penjual berdasarkan kualitas barang yang dijual. Misalnya, buku asli akan dihargai Rp 100.000,-. 

Pada harga buku bajakan dapat mencapai setengah dari harga asli, yakni Rp 50.000.-/ Harga produk yang dijual pada buku original, tetapi bekas akan diberi harga sesuai dengan kondisi buku (Sulistyowati, 2017).

Ungkapan "ada harga ada kualitas" memiliki relevansi transaksi jual beli produk bajakan berbentuk media cetak. Harga akan ditentukan oleh biaya produksi yang dikeluarkan oleh produsen (Mankiw dkk., 2014). Untuk menghasilkan barang yang semakin berkualitas, tentunya biaya yang dikeluarkan akan semakin besar. Oleh karena itu, harga jual produk akan semakin tinggi. Penentuan harga pada produk bajakan berbentuk media cetak pun demikian. Harga jual yang murah mengindikasikan kualitas yang kurang baik, seperti tingkat durabilitas, jenis kertas yang digunakan, hingga bentuk tampilan isi yang ada di dalamnya. Selain itu, kualitas produk memiliki kaitan yang erat dengan kepuasan pelanggan (Madura, 2007). 

Hal ini sesuai dengan pandangan pribadi Fitroturrohman (2019) bahwa produk bajakan tidak akan memiliki kualitas yang mengecewakan, dari segi kualitas kertas, cover, hingga tulisan yang kurang jelas. Adapun alasan konsumen melakukan pembelian terhadap barang tersebut dikarenakan harga yang sesuai dengan kapabilitas anggaran yang dimiliki.

Berdasarkan tinjauan dari sisi penawaran, faktor yang memengaruhi kuantitas penawaran salah satunya adalah biaya bahan baku. Apabila biaya bahan baku yang dikeluarkan rendah, maka produksi yang dilakukan menjadi lebih menguntungkan, sehingga memicu produsen lain memasuki pasar dan kuantitas penawaran semakin meningkat (Pindyck & Rubinfield, 2014). 


Pada kasus penjual produk bajakan dalam bentuk media cetak pun demikian. Biaya yang dikeluarkan lebih rendah, sementara konsumen memiliki ketertarikan terhadap barang yang diperdagangkan sehingga berpotensi mendatangkan keuntungan. Oleh karena itu, kegiatan jual-beli produk semakin menjamur di kalangan masyarakat.

Kasus yang sama terjadi pada sumber bacaan dalam media digital. Sebagai contoh yang sangat terkenal bagi kalangan mahasiswa hingga akademisi adalah Sci-Hub. "...to remove all barriers in the way of sciences" merupakan slogan yang terdapat pada laman utama ketika mengakses Sci-Hub. Sci-Hub merupakan situs digital yang berfungsi untuk membantu mengakses literatur berbayar tanpa melakukan bayaran. 

Tujuan peluncuran Sci-Hub adalah untuk memudahkan akses terhadap ilmu pengetahuan karena ilmu pengetahuan seharusnya memudahkan setiap kalangan untuk mengakses, sehingga ilmu pengetahuan dapat terdistribusi merata dalam kehidupan manusia.

Berdasarkan keterangan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri melalui hasil paparan yang diberikan oleh Alexaandra Elbakyan sebagai pembuat situs Sci-Hub, mayoritas pengguna adalah berumur 18-34 tahun atau kalangan mahasiswa jenjang S1 -- S3 (Badan Litbang Kemendagri, 2019).  Selain itu, Indonesia berada di urutan kesembilan berdasarkan pengakses situs Sci-Hub tertinggi di dunia pada tahun 2016 (LIPI, 2016).

Tindakan yang dilakukan untuk mengakses secara ilegal bersifat merugikan kalangan peneliti. Peneliti akan mengeluarkan biaya untuk keperluan penelitian seperti keperluan eksperimen, pencarian data, penulisan, bahkan mendaftarkan karyanya untuk mendapatkan hak paten atas hasil penelitian. Biaya yang dikeluarkan akan mencerminkan harga untuk mengakses artikel ilmiah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun