Mohon tunggu...
Ecik Wijaya
Ecik Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - Seperti sehelai daun yang memilih rebah dengan rela

Pecinta puisi, penggiat hidup

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Kloset, Topeng Kemanusiaanku Pecah!

26 Januari 2023   00:08 Diperbarui: 26 Januari 2023   00:29 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kloset sedang antri panjang

Setia menunggu, karena tak kungkin lagi beringsut
Habis sudah mulas perut setelah aku masuk
Sembari merutuk, kududuki juga kloset itu
Warna yang pudar berlumut
Meski asing terpaksa juga aku jajah
Ah, kembali ke asal mulasku
Muasal sengketa karena nurani yang  retak
Tak ada kata selain yang bikin mulas hari-hari
Biar kuikuti jejak sajak yang lalu
Menjajah kloset masa lalu yang cuma jadi kenang di musium peradaban

Tipu muslihat
Saling silang kata
Saling tuding tuduhan
Muka-muka yang aku tak kenal
Begitu gegap gempita saat aku duduk di masaku
Mulasku yang meronta sudah jadi ceceran sepanjang jalan
Bertanya kawan ia tak menjawab
Bertanya pada saudara ia lebih tak tahu
Tapi bendera warna-warni gagah di rumah-rumah mereka
Seakan-akan mereka tahu tapi tak mau menjawab tanyaku

Mungkin, mungkin juga
Di masa lampau yang kudapati dari ceceran cerita
Beginilah wajah mula kehancuran
Tak ada tangan tertaut apalagi muka yang sungguh jujur
Tiba-tiba aku ingin bercermin
Aku ingin lihat mukaku!
Oo betapa pancaran kebijakannya cemerlang
Oo betapa penuh kegembiraan
Melihatnya aku senang sungguh
Sesaat,  sebelum topeng mukaku jatuh
Pecah, patah!
Hampir saja kumaki kesal
Saat kuangkat tanganku hendak menuding
Ternyata jariku terputus begitu saja oleh retakan cermin

Malu!
Malu!
Aku tertipu lebih
Kemanusiaan yang kukoarkan kencang-kencang
Ternyata tak ada di mukaku sendiri!
Jaman kacau, jaman edan! Rutukku
Mulasku benar hilang seketika
Kloset kusiram berkali-kali, kubilas dengan sabun pewangi tak henti-henti
Hmm, tak ada yang akan mencium lagi bau busukku!
Segera kubanting pintu toilet, hari begitu berat
Topeng harus kubeli segera! Bedakku tak cukup  lama bertahan!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun