Mohon tunggu...
Ecik Wijaya
Ecik Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - Seperti sehelai daun yang memilih rebah dengan rela

Pecinta puisi, penggiat hidup

Selanjutnya

Tutup

Puisi

"Di Manakah Kita Bakal Bertempat?"

26 Juli 2021   21:13 Diperbarui: 26 Juli 2021   21:32 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Al lahab
Pada kedua tangan yang berbuat mungkar
Setiap kata dan perbuatan yang khianat
Pada nama kebajikan dan kebenaran
Tak pernah tak terbakar sendiri
Bersama para sekutu yang pernah  bersorak sorai
Bakal jatuh pada api yang membakar sampai ke relung hati
Tak bersisa, selain batu sesal yang menimpa berulang kali
Kekal, kekal
Buah ditangan adalah hasil tanam miliknya sendiri

Al lahab
Wajah dusta yang terus menjadi cermin jaman
Pada kedengkian yang menjadi gejolak api didada
Sampai di liang kemusnahan pun terbawa
Seperti seutas tali yang rapuh tanpa membawa pertolongan sedikitpun
Jaman akan terus membawa namanya sepanjang matahari masih terbit
Untuk menetapi tembok keingkaran pada kebenaran dan kebaikan semesta
Yang senantiasa namanya terpatri pada langkah kaki dan tangan para penerusnya

Al lahab
Al lahab
Al lahab
Bilamana jaman ditutup lalu tiap diri berdiri ditempatnya
Maka dusta bila keadilan tak ditegakkan di mizan
Sebuah perumpamaan atas namanya tetap abadi sampai di jurang api kekekalan
Yang kobaran nyalanya hingga berwarna putih
Sudah dijabarkan benderang dari mula
Hanya ada dua tempat kembali
Kampung halaman atau kampung pengasingan yang tak memiliki pintu keluar
Dimanakah kita bakal bertempat?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun