Mohon tunggu...
Theresia Deborah Pardede
Theresia Deborah Pardede Mohon Tunggu... Guru - Echa. Penggemar anak²...

aku ECA

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Terakhir kalinya, maafkan aku yah..

16 Mei 2015   05:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:57 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sangat wajar jika kau mati rasa padaku. Gerbang hatimu kau beri kunci ganda berteralis dan dengan gembok berlapis. Huh, hal itu tidak pernah gagal membuatku menangis.Aku yakin kau juga tahu aku masih disini, teguh menunggu, mempertahankan cinta kita. Kau mengenalku, aku bukan perempuan yang mudah menyerah kan? Ah, entahlah, seribu kali logikaku memaksaku untuk menyerah, meyakinkanku bahwa kau tidak menginginkanku, tapi sejuta kali hatiku membujukku untuk bertahan.Haha, kau pasti menganggapku rendah, tidak tahu malu, mengemis cinta. Terserah, kau tahu aku keras kepala, bagiku terlalu sayang jika harus merelakan hubungan yang sudah kuperjuangkan sampai saat ini.Aku hanya menunggu saat itu tiba, saat kau paham bahwa diam-diam aku juga ikut terluka, aku menyesali perbuatan bodohku yang membuat jalinan kita terkoyak, aku mengutuki diriku yang telah menggoreskan luka di hatimu yang rapuh. Kau tahu sayang? Aku tidak bohong jika berkata bahwa hatiku jauh lebih terkoyak darimu. Saat ini kau bisa melampiaskan amarahmu padaku, menaruh dendam untuk menyembuhkan hatimu. Bukannya aku tidak menyadari saat kau berusaha menghilangkan semua tentangku, bukannya aku tidak sadar saat semua tentangku kauhapus, tak ada lagi aku disemua media sosialmu, dan aku bisa apa? Kau berhak melakukan semua itu. Sedangkan aku, apa yang bisa kuperbuat untuk melampiaskan rasa marah terhadap diriku sendiri ini? Semua yang kulakukan salah. Saat aku memilih bertahan, teman-temanku mengolok-olokku berkata bahwa aku terkesan mengemis cinta dan pandangan menyedihkan itu bukannya aku tidak menyadarinya. Sesaat kemudian kuputuskan untuk memperlihatkan aku menyerah, berpura-pura tidak peduli lagi, tapi justru aku takut kalau kau menganggapku tidak menyesali perbuatanku dan tidak berusaha sama sekali. Lihat? Kau bisa melakukan apa saja untuk melampiaskan perasaanmu, sedangkan aku selalu serba salah. Saat kudengar ada gadis yang tengah dekat denganmu, hatiku berkata bahwa dengan mendoakan semoga dia yang terbaik buatmu adalah satu-satunya cara untukku menebus kesalahanku.Tapi tidak bisa kupungkiri bahwa aku masih menunggu saat kau sadar tak ada manusia yang tidak berbuat kesalahan dan memutuskan untuk memaafkanku.Yakinlah jika maaf itu kudapat, akan kujalani semua dengan hati-hati, dengan dewasa, tidak ada lagi penyia-nyiaan.Kau dan aku tahu sesusah apa buatku untuk memperjuangkan kata maafmu, dan menurutmu apa aku masih akan merusaknya jika aku mendapatkannya? Tidak akan !

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun