Mohon tunggu...
Eko Adri Wahyudiono
Eko Adri Wahyudiono Mohon Tunggu... ASN Kemendikbud Ristek

Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Diawali dari Masjid Sultan, Ditengahi oleh Masjid Melaka, dan Diakhiri di Masjid Putra

18 Maret 2025   13:14 Diperbarui: 19 Maret 2025   11:01 2100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagian dalam Masjid Sultan di Singapura. (Sumber gambar: Dokumentasi Pribadi)

Bagaimana dengan tiga masjid di tiga negara lawatan?

Saat ada tugas ke Singapura, Malaka, dan Malaysia beberapa waktu lalu, saya juga tetap mencari keberadaan masjid di daerah setempat atau kota yang saya singgahi. Ada beberapa hal yang menarik untuk diperhatikan dan dicatat seperti sejarah didirikannya masjid tersebut, kapan dibangun , juga keragaman para jemaahnya dan banyak hal lainnya.

Pertama, Masjid Sultan, Singapura

Jika Anda sebagai orang muslim dan ada kesempatan ke Singapura, cobalah untuk mengunjungi Masjid Sultan yang dinyatakan sebagai masjid tertua di Singapura. Dibangun di tahun 1824 dan itu artinya, jika sekarang tahun 2025, artinya usia Masjid Sultan tersebut sudah lebih dari 2 abad atau 200 tahun dan tetap berdiri kokoh sampai saat ini.

Masjid Sultan dari tampak samping kiri. (Sumber gambar: Dokumentasi Pribadi)
Masjid Sultan dari tampak samping kiri. (Sumber gambar: Dokumentasi Pribadi)

Masjid yang terletak di Arab Street, Kampung Glam, Distrik Rochor, Singapura bisa menampung 5.000 jemaah sekaligus. Diberi nama Masjid Sultan karena dibangun pada masa pemerintahan Sultan Husaain Syah dari Kesultanan Johor.

Uniknya, struktur awal Masjid Sultan yang proses pembangunannya berlangsung di tahun 1824-1826, dibangun oleh para pekerjanya yang sebagian besar berasal dari Jawa, Mereka bertujuan awal sebenarnya hanya untuk berdagang di Singapura. Bahkan, Kampung Glam itu dulunya adalah kawasan pemukiman awal etnis masyarakat Indonesia seperti Jawa, Bugis Sulawesi dan orang Sumatra.

Bagian dalam Masjid Sultan di Singapura. (Sumber gambar: Dokumentasi Pribadi)
Bagian dalam Masjid Sultan di Singapura. (Sumber gambar: Dokumentasi Pribadi)

Saat berjalan mengelilingi area masjid, saya melihat adanya bulatan kecil yang berjumlah banyak di bawah kubah masjid. Sahabat saya yang bernama Pak Islam, keturunan India-Melayu, menjelaskan bahwa bulatan itu adalah tutup botol kecap atau botol hijau yang ditempel pada dinding kubah.

Hal itu demi menghormati pemilik pabrik kecap tersebut yang menjadi donatur tetap selama proses pembangunan awal masjid. Pendanaan lainnya juga diperoleh dari semua warga muslim yang bermukim di Kampung Glam atas izin dari Thomas Stamford Raffles yang saat itu diberi kuasa penuh atau Gubernur atas Tamasek (Nama sebelum berubah menjadi Singapura).

Pintu gerbang Masjid Sultan berarsitektur Timur Tengah di Jalan Arab, Singapura. (Sumber gambar: Dokumentasi Pribadi)
Pintu gerbang Masjid Sultan berarsitektur Timur Tengah di Jalan Arab, Singapura. (Sumber gambar: Dokumentasi Pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun