Bagaimana dengan tiga masjid di tiga negara lawatan?
Saat ada tugas ke Singapura, Malaka, dan Malaysia beberapa waktu lalu, saya juga tetap mencari keberadaan masjid di daerah setempat atau kota yang saya singgahi. Ada beberapa hal yang menarik untuk diperhatikan dan dicatat seperti sejarah didirikannya masjid tersebut, kapan dibangun , juga keragaman para jemaahnya dan banyak hal lainnya.
Pertama, Masjid Sultan, Singapura
Jika Anda sebagai orang muslim dan ada kesempatan ke Singapura, cobalah untuk mengunjungi Masjid Sultan yang dinyatakan sebagai masjid tertua di Singapura. Dibangun di tahun 1824 dan itu artinya, jika sekarang tahun 2025, artinya usia Masjid Sultan tersebut sudah lebih dari 2 abad atau 200 tahun dan tetap berdiri kokoh sampai saat ini.
Masjid yang terletak di Arab Street, Kampung Glam, Distrik Rochor, Singapura bisa menampung 5.000 jemaah sekaligus. Diberi nama Masjid Sultan karena dibangun pada masa pemerintahan Sultan Husaain Syah dari Kesultanan Johor.
Uniknya, struktur awal Masjid Sultan yang proses pembangunannya berlangsung di tahun 1824-1826, dibangun oleh para pekerjanya yang sebagian besar berasal dari Jawa, Mereka bertujuan awal sebenarnya hanya untuk berdagang di Singapura. Bahkan, Kampung Glam itu dulunya adalah kawasan pemukiman awal etnis masyarakat Indonesia seperti Jawa, Bugis Sulawesi dan orang Sumatra.
Saat berjalan mengelilingi area masjid, saya melihat adanya bulatan kecil yang berjumlah banyak di bawah kubah masjid. Sahabat saya yang bernama Pak Islam, keturunan India-Melayu, menjelaskan bahwa bulatan itu adalah tutup botol kecap atau botol hijau yang ditempel pada dinding kubah.
Hal itu demi menghormati pemilik pabrik kecap tersebut yang menjadi donatur tetap selama proses pembangunan awal masjid. Pendanaan lainnya juga diperoleh dari semua warga muslim yang bermukim di Kampung Glam atas izin dari Thomas Stamford Raffles yang saat itu diberi kuasa penuh atau Gubernur atas Tamasek (Nama sebelum berubah menjadi Singapura).