Di era industri digital ini yang semua perubahan informasi diterima dan dikirim dengan cepat, perekonomian adalah roh kehidupan atau raja dari segala genre cerita pada setiap orang di belahan negara mana pun.
Baca juga : Rahasia Gusti Raden Ayu Kamelia Fadila dan Penari Nasyabilla (Tamat)
Orang sudah tidak ada waktu lagi menikmati karya sastra secara mendalam. Sudah tidak ada minat untuk menyempatkan atau melonggarkan waktu demi membaca karya sastra.
Mereka belum tahu bahwa orang yang gemar membaca karya sastra akan mendapatkan enam manfaat secara tidak disadari dan tidak langsung membentuk karakter dan perilaku positif manusia sehari-hari.
Pertama adalah untuk menghibur diri sendiri di saat sedang mengalami tekanan hidup atau stress berkepanjangan. Kisah fiksi atau nonfiksi yang ditulis dalam bentuk kisah dengan berbagai plot dengan genre mulai dari komedi, petualangan, romansa, misteri, dan lainnya diyakini bisa mengurangi perasaan stres.
Alur cerita, berbagai karakter pemeran baik yang antagonis atau protagonis, jenis ending yang diharapkan seperti happy atau sad ending dan berbagai konflik vertikal atau horizontal yang dibangun dalam cerita bisa membuat kita semua sebagai pembaca ikut terlibat di dalam alur kisah atau karya sastra lainnya.
Kedua, untuk menumbuhkan perasaan simpati dan empati sebagai pembentukan karakter mulia serta budi pekerti. Semua kisah pasti akan menggambarkan bahwa kebaikan pasti akan menang melawan kejahatan dan banyak lagi atau pengorbanan pasti dihargai dan seterusnya.
Tema unggulan yang membentuk nilai dalam kehidupan manusia seperti kesetiaan, pengorbanan, cinta suci, persahabatan, pengkhianatan, percintaan atau perseteruan banyak mendominasi dalam karya sastra.
Pembaca akan mendapatkan pemahaman positif (insight) akan nilai atau norma dan adat sehingga perilaku positif ada dalam diri kita untuk diterapkan di dalam kehidupan bermasyarakat.
Mereka mampu beradaptasi dan menerima berbagai perbedaan dalam budaya, agama, norma dan way of life (cara hidup) orang lain atau masyarakat lain dengan baik di masyarakat tanpa adanya perilaku diskriminasi atau upaya adu domba.
Ketiga, dalam hal ini adalah persepsi atau pola pikir konstruktif dan optimis akan muncul pada diri kita bila sering membaca karya sastra.