Mohon tunggu...
Eko Adri Wahyudiono
Eko Adri Wahyudiono Mohon Tunggu... Guru - ASN Kemendikbud Ristek

Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Hindari Memaafkan Orang Lain dengan Makna Mengancam

29 April 2023   13:40 Diperbarui: 29 April 2023   14:01 1473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Tausiyah Halal bi Halal. Foto dokpri

"Kamu kumaafkan, tapi ingat!, Tak akan pernah aku lupakan perbuatan jahatmu padaku!"

Itu adalah kalimat jawaban yang mungkin pernah kita dengarkan pada saat ada orang lain yang meminta maaf secara tulus karena pernah berbuat salah atau berbuat jahat pada kita.


Bila seperti itu, sepertinya dianggap sudah memaafkan, namun maknanya sesungguhnya 'belum' lah tuntas dan ikhlas secara tulus. 

Hal itu akan memunculkan sesuatu yang mengganjal di dalam hati bagi kedua belah pihak. Bagaimana tidak, kalimat memaafkan seperti itu jelas bernada mengancam. Masak, mau memaafkan saja dengan persyaratan tertentu?

Di hari suci lebaran, agar sempurna amalan kita setelah berpuasa wajib selama satu bulan, membayar zakat, dan melaksanakan ibadah sunnah salat taraweh, memburu Lailatul qadar agar diampuni semua dosa kita dan ditutup dengan salat sunnah Idul Fitri, haruslah kita lanjutkan untuk saling maaf-memaafkan di antara keluarga, sahabat dan handai taulan.

Halal bi halal, yaitu kembali suci lagi setelah memaafkan dengan saling berjabatan tangan, diucapkan secara lisan dan dibenarkan secara tulus oleh hati kita semua

Di dalam salah satu riwayat, Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa, "Tidaklah Allah memberi tambahan kepada seseorang hamba yang suka memberi maaf melainkan kemuliaan," (Hadits Riwayat Muslim).

Sungguh, memaafkan kesalahan orang yang pernah berbuat salah pada kita bukanlah satu hal perkara yang mudah dan remeh. Mungkin lisan kita sudah memaafkan, tapi hati kita terkadang masih belum rela atau ikhlas.

Jadi harus bagaimana?

Pertama, harus disadari bahwa manusia di muka bumi ini adalah mahluk ciptaan Allah SWT yang selalu berbuat khilaf dan dosa selama hidup. Tidak ada satu pun manusia yang dikatakan sempurna di dunia ini.

Kedua, diperlukan tekad hati yang kuat dan jiwa yang suci serta pikiran yang jernih untuk meminta dan memaafkan orang-orang yang sering berinteraksi dengan kita dalam kehidupan sehari-hari.

Ketiga, hilangkan ego dan bakar rasa sombong pada diri kita yang terkadang enggan atau sulit meminta maaf atau mengakui kesalahan yang telah kita lakukan pada orang lain.

Hanya Allah Azza Wa Jalla yang berhak mengenakan 'Baju Sombong". Dzat yang maha pengasih lagi maha penyayang.

Masihkah kita sebagai mahluk ciptaan-Nya, enggan meminta maaf kepada sesama atas perbuatan buruk kita mumpung masih diberi kesempatan untuk menghirup udara kehidupan ini?

Bermanfaatkah kita untuk memaafkan orang lain yang telah berbuat jahat pada diri kita baik sengaja atau tidak dengan kalimat mengancam?

Kemulian hanya akan diberikan pada mereka yang mau saling meminta maaf dan memaafkan atas semua kesalahan yang diperbuat selama hidup di dunia dan itu adalah janji Allah SWT yang nyata.

Mohon maaf lahir dan batin!
Samber thr
Samber 2023 hari 29

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun