Bagi sekolah yang benar-benar menerapkan kurikulum rekonstruksi sosial, ataupun dalam pendidikan keluarga ditanamkan kesadaran sosial dengan cara paling sederhana maka tentu akan menghadirkan masyarakat yang memiliki tingkat kesadaran penuh tanpa harus diaba-aba dan ditekankan lebih lanjut. Bahkan kesadaran sosial akan tumbuh dengan sendirinya sejalan dengan kondisi yang mendesak sehingga naluri seseorang akan membawa ke arah tersebut. Namun jika pendidikan dalam keluarga dan sekolah tidak berjalan selayaknya maka hadirnya karang taruna ini dapat menjadi angin segar bagi mereka yang memiliki kecenderungan kesadaran sosial yang kurang. Aktivitas dan kegiatan yang ada walaupun itu sederhana dan singkat, hal ini dapat menumbuhkan kesadaran sosial itu seiring dengan berjalannya waktu dan tindakan sosial yang mereka lakukan.Â
Tapi memang benar lagi-lagi problem kesadaran adalah hal yang paling urgent di tengah kondisi masyarakat masing-masing, hal tersebut sering memantik pertanyaan besar bagi penulis tentang "Bagaimana menumbuhkan kesadaran saban setiap individu, dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat?" Tentu jawaban atas pertanyaan tersebut bisa dicari dan dapat digali lewat penelitian dan ikhtiar panjang. Akhir daripada perjalanan 4,5 tahun menjadi "abdi ndalem" karang taruna adalah: rawat apa yang perlu dirawat, dan sekali lagi "ojo lali karo adate". Karena adat istiadat adalah inti dan esensi daripada menjalani kehidupan bermasyarakat, karena adat istiadat bagaikan kurikulum yang tidak tertulis namun menjadi pedoman bagi jalannya kehidupan bermasyarakat dan berorganisasi.
Sekian, dengan meminjam penggalan lirik lagu The Jeblogs-Sambutlah sebagaimana tertulis: "Sambutlah matahari yang terbit di ufuk timur membelah gelap hangat merambat membangunkan lelap. Sampaikan salam kami kepada bulan dan bintang. Oh tenang saja generasi baru telah tiba!" -Dzulkifli Isadaud (Pegiat Karangtaruna)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI