Raja Ampat, Papua Barat Daya, dikenal sebagai salah satu destinasi wisata bahari terpopuler di dunia. Dalam lima tahun terakhir, jumlah kunjungan wisatawan ke Raja Ampat mengalami lonjakan signifikan. Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Raja Ampat mencatat, pada tahun 2024 jumlah wisatawan mencapai 33.277 orang, hampir dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Mayoritas wisatawan berasal dari luar negeri, yakni sebanyak 24.934 orang, sementara wisatawan domestik mencapai 8.343 orang. Pertumbuhan ini menegaskan posisi Raja Ampat sebagai magnet wisata bahari dunia, terutama setelah dinobatkan sebagai UNESCO Global Geopark pada 2023.Â
Sektor pariwisata di Raja Ampat didukung oleh infrastruktur yang terus berkembang, termasuk peningkatan jumlah hotel yang mencapai 85 unit pada 2024, terbanyak di Provinsi Papua Barat Daya. Lonjakan wisatawan terutama terjadi pada musim liburan akhir tahun, menjadi momen puncak aktivitas pariwisata. Maka, tetap diperlukan upaya pembangunan prinsip pariwisata berkelanjutan. Arti dari pariwisata berkelanjutan yaitu pembangunan pariwisata yang sesuai dengan kebutuhan wisatawan dengan tetap memperhatikan lingkungan tetap lestari dan memberi manfaat baik di masa sekarang hingga masa depan (Sulistyadi, 2017). Pemerintah daerah dan Kementerian Pariwisata menaruh perhatian besar pada pengembangan pariwisata berkelanjutan dengan program seperti Gerakan Wisata Bersih 2025, yang menekankan pentingnya menjaga kelestarian alam dan kebersihan lingkungan agar daya tarik Raja Ampat tetap terjaga.
Namun, di balik geliat pariwisata, Raja Ampat menghadapi ancaman serius dari aktivitas tambang nikel yang beroperasi di beberapa pulau seperti Pulau Gag, Kawei, dan Manuran. PT Gag Nikel dan perusahaan tambang lain telah memperoleh izin usaha pertambangan di kawasan ini. Meskipun tambang nikel diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan membuka lapangan kerja, dampak lingkungan yang ditimbulkan sangat mengkhawatirkan. Proses penambangan menyebabkan sedimentasi yang menutupi terumbu karang, menghambat fotosintesis, dan menyebabkan kematian karang yang menjadi habitat penting bagi berbagai spesies laut. Limbah tambang yang mengandung logam berat juga mencemari laut dan sungai, mengganggu keseimbangan ekosistem dan kesehatan masyarakat lokal.
Kerusakan ekosistem laut ini berdampak langsung pada sektor pariwisata dan mata pencaharian masyarakat adat. Penurunan kualitas lingkungan laut menyebabkan menurunnya hasil tangkapan nelayan dan menurunkan daya tarik wisata bahari yang menjadi sumber pendapatan utama masyarakat. Selain itu, kurangnya keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan terkait tambang menimbulkan konflik sosial dan ketidakpastian masa depan kawasan. Hal ini bertentangan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan yang selama ini menjadi landasan pengembangan pariwisata Raja Ampat.
Dalam konteks ini, penting untuk melihat bagaimana pariwisata tidak hanya menjadi sektor ekonomi, tetapi juga alat pemberdayaan masyarakat dan pelestarian lingkungan. UNWTO (2024) menyoroti bahwa pariwisata berkelanjutan merupakan "pariwisata yang memiliki peran penting dalam memberdayakan komunitas, khususnya di daerah pedesaan, dengan mendorong pelestarian budaya, pertumbuhan ekonomi lokal, dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Sekretaris Jenderal UN Tourism, Zurab Pololikashvili, menyatakan bahwa inisiatif seperti Best Tourism Villages membuktikan pariwisata dapat menjadi jalan menuju pemberdayaan dan kesejahteraan komunitas, serta pelestarian warisan budaya dan alam". Sejalan dengan itu, Jeffrey Sachs (2023), sebagai penulis utama Sustainable Development Report 2023, menegaskan "bahwa pembangunan berkelanjutan adalah jalur pertumbuhan ekonomi yang inklusif secara sosial dan berkelanjutan secara lingkungan, dengan memastikan kebutuhan generasi sekarang terpenuhi tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.".
Menanggapi situasi ini, Presiden Prabowo Subianto telah mengambil langkah konkret terkait izin usaha pertambangan (IUP) nikel di Raja Ampat dengan mencabut izin empat perusahaan tambang karena terbukti melakukan pelanggaran lingkungan, sementara satu perusahaan, PT Gag Nikel, tetap diizinkan beroperasi karena dinilai memenuhi persyaratan, namun tetap akan dievaluasi lebih lanjut. Pemerintah juga mendorong penerapan teknologi pertambangan ramah lingkungan serta program rehabilitasi kawasan terdampak, sebagai upaya meminimalkan kerusakan ekosistem. Di sisi lain, pengembangan pariwisata berkelanjutan terus dipacu sebagai alternatif ekonomi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Potensi ekonomi dari sektor pariwisata Raja Ampat pun sangat besar, di mana Viktor, sebagaimana dikutip dalam artikel Katadata.co.id, mengestimasikan bahwa "efek trickle-down dan multiplier dari sektor wisata Raja Ampat bisa mencapai US$ 31,5 juta (Rp 512,19 miliar), sehingga total nilai ekonomi wisata di kawasan ini sangat mungkin menembus US$ 52,5 juta (Rp 853,6 miliar) per tahun".
Perseteruan antara sektor pariwisata dan aktivitas pertambangan nikel di Raja Ampat menggambarkan tantangan besar dalam menyeimbangkan kebutuhan pembangunan ekonomi dengan upaya pelestarian lingkungan. Cara Raja Ampat menangani konflik ini akan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan masa depannya sebagai destinasi wisata bahari kelas dunia yang berkelanjutan dan kompetitif. Dengan melibatkan masyarakat setempat secara aktif, memperkuat kebijakan perlindungan lingkungan, serta mendorong praktik pariwisata yang bertanggung jawab, kawasan ini berpeluang untuk terus tumbuh tanpa harus mengorbankan keindahan alam dan keanekaragaman hayatinya yang luar biasa.
DAFTAR PUSTAKA
A., Shahibah. (2025). Raja Ampat Punya Hotel Terbanyak di Papua Barat Daya pada 2024. Goodstats. https://goodstats.id/article/raja-ampat-punya-hotel-terbanyak-di-papua-barat-daya-wYV23Â
Maulana, Ryan (2025). Lima Tahun Terakhir Jumlah Wisatawan ke Raja Ampat Meningkat. Tempo. https://www.tempo.co/video/arsip/lima-tahun-terakhir-jumlah-wisatawan-ke-raja-ampat-meningkat-1673780
Orinewss.id. (2025). Tambang Nikel PT Gag Nikel di Raja Ampat: Kecaman Publik dan Pembelaan Menteri ESDM. https://www.orinews.id/2025/06/07/tambang-nikel-pt-gag-nikel-di-raja-ampat-kecaman-publik-dan-pembelaan-menteri-esdm/Â
Presiden Republik Indonesia. (2025). Presiden Prabowo Perintahkan Evaluasi Langsung Izin Tambang di Kawasan Raja Ampat. https://www.presidenri.go.id/siaran-pers/presiden-prabowo-perintahkan-evaluasi-langsung-izin-tambang-di-kawasan-raja-ampat/
Ramdan, Padli. (2025). Dispar Raja Ampat Targetkan Kunjungan 45 Ribu Wisatawan Pada Tahun 2025. Rri.co.id. https://rri.co.id/daerah/1272360/dispar-raja-ampat-targetkan-kunjungan-45-ribu-wisatawan-pada-tahun-2025
Sulistyadi, Y., Eddyono, F., dan Hasibuan, B. 2017. Pariwisata berkelanjutan: Pengelolaan destinasi wisata berbasis masyarakat. Aura (Anugrah Utama Raharja) Press: Bandar Lampung.
Sustainable Development Report. (2023). Â Sustainable Development Report 2023 : Implementing the SDG Stimulus. https://www.sustainabledevelopment.report/reports/sustainable-development-report-2023/
UNWTO. (2024). UN Tourism Announces Best Tourism Villages 2024: 55 Rural Communities Shaping the Future of Sustainable Travel. https://www.unwto.org/news/un-tourism-announces-best-tourism-villages-2024-55-rural-communities-shaping-the-future-of-sustainable-travel
Widowati, Heri. (2025). Konservasi Indonesia Hitung Potensi Wisata Raja Ampat Rp 853,6 Miliar per Tahun. Katadata.co.id. https://katadata.co.id/ekonomi-hijau/ekonomi-sirkular/6849078240d9b/konservasi-indonesia-hitung-potensi-wisata-raja-ampat-rp-853-6-miliar-per-tahun
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI