Mohon tunggu...
Mudzakir Ruslan
Mudzakir Ruslan Mohon Tunggu... Mahasiswa di Semarak.news -

ikut arus...

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mengenal Terusan Kra, Jangkar Pembunuh Ekonomi Maritim Indonesia

13 Maret 2017   09:08 Diperbarui: 4 April 2017   18:30 49836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

21.252

0.07

Sumber: Institute Development of Economic 2016

Pada skenario pertama, kerugian Indonesia tidak tela banyak karena jalur Malaka tetap dibuka meski Terusan Kra telah diresmikan. Seperti sawah irigasi, Indonesia masih dapat rembesan air dari sungai besar meskipun belum bisa mengaliri semua sawah yang ada.

Skenario kedua adalah skenario paling dramatis dan seakan membuat tulang punggung maritim Indonesia keropos. Hal ini disebabkan Jalur Malaka “ditutup”. Program transhipmentpun diambil alih oleh Singapura dan Indonesia tak kebagian jatah langsung, kecuali pendistribusian barang Indonesia-Singapura.

Terakhir, meskipun skenario ketiga memberikan 0% kerugian, para pemilik modal akan memilih efisiensi waktu dan biaya. Intinya tidak peduli skenario mana yang akan diterapkan, bahkan apabila ada opsi skenario keempat, Indonesia tetap akan rugi.


Kedua, kuantitas dan kualitas pelabuhan yang masih kalah dengan negara tetangga. Dari data Laporan Implementasi Konsep Tol Laut 2015 oleh Direktorat Transportasi, Kementrian PPN/Bapenas Saat ini total jumlah pelabuhan di Indonesia baik komersial maupun non-komersial yaitu berjumlah 1.241 pelabuhan, atau satu pelabuhan melayani 14 pulau (14,1 pulau/pelabuhan) dengan luas rerata 1548 km2/pelabuhan; serta Filipina 10,1 pulau/pelabuhan dan 460 km2/pelabuhan. Keadaan infrastruktur tersebut masih belum berimbang jika dibandingkan negara kepulauan lainnya di Asia, misalnya: Jepang 3,6 pulau/pelabuhan dan 340 km2/pelabuhan.

Data UNCTAD 2014, jumlah akumulasi berat kapal (DWT) yang berbendera Indonesia menempati urutan ke-20 terbesar dunia. Indonesia bertekuk lutut di depan Panama, ia merajai lautan karena memiliki Terusan Pananama. Jika dilihat polanya, negara manapun yang memiliki jalur penghubung antara dua laut/samudra, maka ia akan untung. Tidak terkecuali Thailand, ditambah jalur Laut Cina Selatan-Selat Malaka-Selat Singapura-Selata Karimata, dst.

Andai kata blue print Kra Canalterbakar dan menjadi abu, tetap saja Indonesia akan menjadi budak di laut sendiri. Hal ini jelas karena kualitas kuantitas dan pelabuhan Indonesia masih lemah.

Solving

Merujuk pada data di atas, Indonesia perlu berpikir keras untuk mengatasi hal ini. Secara konvensional Terusan Kra merupakan inovasi transportasi, maka Indonesia pun harus cerdas dalam berinovasi dalam sistem transportasi. Sehingga ada beberapa hal yang bisa diangkat menjadi solusi

a. Pemanfaatan Sabang sebagai pelabuhan internasional alami

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun