Mohon tunggu...
Farizky Aryapradana
Farizky Aryapradana Mohon Tunggu... Freelancer - D.Y.N.A.M.I.N.D

Just follow the flow of my mind.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Barisan Nasional Mantap Menatap Pemilu

30 Agustus 2020   20:12 Diperbarui: 30 Agustus 2020   20:09 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

84.53%. Itulah angka kemenangan yang diraih koalisi Barisan Nasional (BN), dalam Pilihan Raya Kecil (PRK) di distrik Slim (seperti daerah pemilihan), untuk mengisi kursi Dewan Undangan Negeri (seperti DPRD di sini) Perak (29/8).  Kemenangan BN ini memperpanjang tradisi kursi DUN Slim yang selalu diisi oleh kader dari partai pentolan koalisi BN, Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO).

PRK Slim sendiri, dilaksanakan untuk mengisi kursi yang ditinggalkan oleh Khusairi Abdul Thalib yang meninggal dunia pada 15 Juli tahun ini. Sesuai dengan peraturan di sana, Suruhanjaya Pilihan Raya (SPR) (seperti Komisi Pemilihan Umum di sini) harus mempertandingkan kembali perebutan kursi yang ditinggalkan. Hal itu yang membuat, PRK Slim harus tetap diadakan meski masih di tengah pandemi.

Namanya juga PRK, otomatis akan mempertemukan pihak - pihak yang ingin memperebutkan kursi DUN tersebut. Sudah dapat ditebak, pasti terjadi pembelahan koalisi politik dari kedua sisi di politik negeri jiran. Baik dari sisi pemerintah maupun oposisi, mereka sama - sama ingin bertanding untuk memenangkan kursi dari DUN Perak tersebut.

Dari sisi oposisi, koalisi oposisi terbesar di Malaysia yaitu Pakatan Harapan (PH), memutuskan tidak mengirimkan calon. Mereka memberikan kesempatan bagi kelompok pecatan dari Partai Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu) yang dikomandani oleh Mahathir Mohamad. 

Hal ini tentunya dipengaruhi oleh faktor historis pada Pemilu 2018, PH yang masih satu koalisi dengan Bersatu, mempersilakan mereka untuk mencalonkan kadernya untuk bertanding di Slim. Apalagi, faktor kemelayuan Mahahthir diharapkan bisa merebut daerah dengan basis pemilih UMNO tersebut.

Sementara itu dari sisi koalisi pemerintah, mereka memutuskan untuk mempersilahkan BN bertanding di Slim. BN sendiri merupakan salah satu koalisi, yang tergabung dalam kumpulan partai pendukung pemerintah. 

Kursi BN terdiri dari 25 buah, yang digunakan menyokong pemerintah daerah Perak di DUN. Selain UMNO, ada juga partai berbasis ras yang lain yaitu, Malaysian Chinese Association (MCA) dan Malaysian Indian Congress (MIC) di dalam BN. Muhyiddin Yassin, sebagai Perdana Menteri berkuasa sekarang tampaknya tidak ingin mencari perkara dengan menggugat kedudukan BN dan UMNO di Slim. 

Akhirnya, terdapat 3 calon yang ikut bertanding di Slim. Dari sisi pemerintah, mereka mencalonkan anggota UMNO yang bernama Mohamad Zaidi Aziz. Sementara dari kubu oposisi, mereka mencalonkan Amir Khusyari, seorang pengacara syariah. Amir sendiri, maju dibawah panji independen. Terdapat satu calon lain beretnis India yang bernama Santharasekaran Subramaniam yang maju juga sebagai independen. 

Meskipun hanya bertanding pada legislatif tingkat dua, PRK Slim mendapat perhatian dari banyak pihak. Hal itu terlihat dari proses jalannya kampanye. Masing - masing calon membawa serta tokoh - tokoh besar di tiap panggung - panggung kampanye. PRK yang berlangsung pada skala kecil ini, mendadak jadi bertabur bintang. 

Mahathir tentunya turun gunung sebagai bentuk perlawanan terhadap pemerintahan Muhyiddin yang sewenang - wenang. Dia juga memanfaatkan momentum PRK, sebagai arena pelancaran partai barunya yang bernama Partai Pejuang Tanah Air Pejuang (Pejuang). 

Dalam kampanyenya, Mahathir turut serta membawa Mukhriz Mahathir, anak kandungnya dan juga Presiden dari partai barunya.  Ada juga Syed Saddiq, bekas Menteri Pemuda Olahraga di sana. 

Sementara itu, koalisi PH dalam kampanyenya hanya mengirimkan bekas Menteri Pertahanan Mohamad Sabu sebagai perwakilan dari top leadersnya. Anwar Ibrahim, Presiden dari Partai Keadilan Rakyat (PKR) tidak ikut serta dalam satu ceramah - ceramah politik yang diadakan.  

Banyak yang mengaitkan, belum pulihnya hubungan dia dengan Mahathir, membuat Anwar absen dalam kampanye - kampanye di Slim. Sementara itu Lim Guan Eng, pemimpin Partai Aksi Demokratik (DAP) sengaja tidak dimunculkan karena sedang tersangkut kasus.

Sementara itu dari sisi pemerintah, sudah barang tentu Presiden UMNO Ahmad Zahid Hamidi ikut turun tangan dalam kampanye. Tak hanya itu, bekas Perdana Menteri Najib Razak juga menghadiri salah satu kampanye di sana. Kasus korupsi yang telah divoniskan kepadanya, tidak membuat Najib ketinggalan dalam kampanye di Slim. Tak hanya itu, Menteri Senior Azmin Ali juga ikut serta dalam memeriahkan kampanye di sana. 

Hasilnya, sudah banyak ditebak oleh semua orang. Kursi Slim kembali berhasil dimenangkan oleh calon BN. Hanya yang membedakan, kemenangan yang dipetik kali ini diperoleh dengan angka yang sangat telak. 

Zaidi mengungguli dua pesaingnya dengan keunggulan sebanyak 84.53%. Calon dari Pejuang, hanya dapat meraih 13.68% suara saja. Sisa persentasenya masuk ke suara calon satu lagi. 

Kemenangan telak ini mengirimkan pesan kepada koalisi pemerintah dan oposisi sekaligus. Isi pesannya adalah BN siap bertanding pemilu dalam skala nasional.

Menjelang PRK dilaksanakan, tiba - tiba saja Presiden UMNO menyatakan bahwa Pemilihan Raya Umum (PRU), menjadi satu - satunya jalan bagi Malaysia untuk menuntaskan kemelut politik yang selama tahun 2020 ini. Pernyataan itu juga diikuti oleh beberapa pemimpin UMNO, yang menyerukan menteri - menteri dari partainya untuk mengundurkan diri dari kabinet Muhyiddin.

Kemenangan dari Slim, menguatkan pesan kepada Muhyiddin bahwa BN siap bertanding sebagai koalisi utama sendiri di PRU. Kemenangan di Slim menunjukan, BN tidak memerlukan lagi kekuatan Bersatu di dalam koalisinya. Apalagi BN bertanding menggunakan logonya sendiri di dalam PRK Slim. Hal itu menguatkan fakta bahwa, mesin politik BN masih memberikan frekuensi yang sama dengan kehendak rakyat di daerah tradisionalnya. 

Sementara bagi koalisi oposisi, BN mengirimkan pesan bahwa mereka sekarang sudah pulih kekuatannya. Jika koalisi oposisi masih berserakan, tidak bertanding dalam satu bendera PH secara total, maka bersiaplah mereka mendapatkan kekalahan telak dari BN. 

Hasil di Slim menunjukan, BN berhasil melipat gandakan suaranya dibandingkan pada tahun 2018. Sementara calon yang disokong PH, kehilangan 20 persen suara jika dibandingkan 2 tahun lalu.

Kini, situasi politik Malaysia tentunya menjadi sangat menarik. Hasil dari Slim membuat BN sudah makin mantap untuk maju ke PRU tanpa Bersatu. Mereka siap mengandalkan mesin - mesin politik tradisionalnya sendiri untuk merebut kembali basis - basis yang hilang pada 2018.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun