“Putuskan yang kau yakini, tinggalkanlah keraguanmu ...”
Terngiang olehku, ungkapan itu. Entah dari mana kuperoleh. Yang jelas, hingga saat ini aku masih dan masih terngiang. Di usia senja, melewati separuh abad. Laksana mentari yang tengah menuju peraduannya, menuju lelap. Ach, begitukah? Tidak! Jangan keburu lelap! Mengapa? Sebab, masih banyak yang seharusnya kulakukan, berbuat kebajikan bagi orang lain, lingkungan, sekecil apapun. Dan, aku masih belum maksimal di kala harus menegakkan kebajikan universal, tanpa tendensius. Ya, tanpa tendensius! Tanpa memandang suku apa, agama apa, ras apa, dan golongan apa. Itu yang seharusnya dan yang semestinya. Bila memang harus memaknai kebajikan universal untuk diterapkan dan ditumbuhkkembangkan di setiap saat. Dimulai dari diri sendiri, keluarga, lingkungan sekitar, bangsa, negara, hingga melingkup dunia.
Lagi, “Hidup ini wajib saling berbagi pada batas apa yang telah kita miliki sebagai karunia dari Tuhan semesta alam, buat sesama ...”
Apakah itu hanya impian? Hanya utopia belaka? Tak tahulah! Karena hingga saat ini aku masih belum merasa apa-apa, belum meraih apa-apa. Belum mampu mewujudkan sebuah kondisi laksana sebuah bangunan yang kokoh tegak berdiri, yang di dalamnya memancarkan satu tatanan kehidupan seimbang, saling kasih sayang dan saling memakmurkan di antara sesama, meski berlingkup kecil. Ya, meski berlingkup kecil! Jangan-jangan, aku bisanya hanya berkonsepsi, tanpa pernah mewujudkan di ranah praktis dari konsepsi hidup yang kupahami dan yang kumengerti sebagai ketetapan Tuhan, yakni hidup dengan penuh keseimbangan di seluruh relung sisi kehidupan yang nyata, bukan fatamorgana ...
Dalam kesendirianku, saat larut malam yang mulai lengang, akupun bersenandung harap kepada Tuhan semesta alam. Karena hanya kepada-Nya lah aku sebagai hamba-Nya selayak dan sepatutnya menyenandungkan satu harapan ...
Tuhan, pembimbing dan pembina semesta kehidupan kami
Beri kami kesempatan, meski hanya sekejap saja
Beri kami ruang untuk bertaubat, menanggalkan segala apa yang bukan sebagai yang Engkau kehendaki, di setiap jengkal pikiran, tutur dan perilaku kami
Atas diri sendiri
Keluarga batih kami