Mohon tunggu...
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Es :
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Masih Adakah Esok Untukku?

15 Juli 2022   17:13 Diperbarui: 15 Juli 2022   19:21 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Putuskan yang kau yakini, tinggalkanlah keraguanmu ...”

Terngiang olehku, ungkapan itu. Entah dari mana kuperoleh. Yang jelas, hingga saat ini aku masih dan masih terngiang. Di usia senja, melewati separuh abad. Laksana mentari yang tengah menuju peraduannya, menuju lelap. Ach, begitukah? Tidak! Jangan keburu lelap! Mengapa? Sebab, masih banyak yang seharusnya kulakukan, berbuat kebajikan bagi orang lain, lingkungan, sekecil apapun. Dan, aku masih belum maksimal di kala harus menegakkan kebajikan universal, tanpa tendensius. Ya, tanpa tendensius! Tanpa memandang suku apa, agama apa, ras apa, dan golongan apa. Itu yang seharusnya dan yang semestinya. Bila memang harus memaknai kebajikan universal untuk diterapkan dan ditumbuhkkembangkan di setiap saat. Dimulai dari diri sendiri, keluarga, lingkungan sekitar, bangsa, negara, hingga melingkup dunia.

Lagi, “Hidup ini wajib saling berbagi pada batas apa yang telah kita miliki sebagai karunia dari Tuhan semesta alam, buat sesama ...”  

Apakah itu hanya impian? Hanya utopia belaka? Tak tahulah! Karena hingga saat ini aku masih belum merasa apa-apa, belum meraih apa-apa. Belum mampu mewujudkan sebuah kondisi laksana sebuah bangunan yang kokoh tegak berdiri, yang di dalamnya memancarkan satu tatanan kehidupan seimbang, saling kasih sayang dan saling memakmurkan di antara sesama, meski berlingkup kecil. Ya, meski berlingkup kecil! Jangan-jangan, aku bisanya hanya berkonsepsi, tanpa pernah mewujudkan di ranah praktis dari konsepsi hidup yang kupahami dan yang kumengerti sebagai ketetapan Tuhan, yakni hidup dengan penuh keseimbangan di seluruh relung sisi kehidupan yang nyata, bukan fatamorgana ... 

Dalam kesendirianku, saat larut malam yang mulai lengang, akupun bersenandung harap kepada Tuhan semesta alam. Karena hanya kepada-Nya lah aku sebagai hamba-Nya selayak dan sepatutnya menyenandungkan satu harapan ...  

Tuhan, pembimbing dan pembina semesta kehidupan kami

Beri kami kesempatan, meski hanya sekejap saja

Beri kami ruang untuk bertaubat, menanggalkan segala apa yang bukan sebagai yang Engkau kehendaki, di setiap jengkal pikiran, tutur dan perilaku kami

Atas diri sendiri

Keluarga batih kami

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun