Mohon tunggu...
Dyah RezaniaAmin
Dyah RezaniaAmin Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Robby Albarr

4 Oktober 2019   16:42 Diperbarui: 4 Oktober 2019   17:19 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dengan kencang, angin pagi menyibakkan rambutku. Kuharap, angin pengacau itu membawa aroma kantukku sampai di mimpi panjangnya, dan akhirnya ia sambut paginya disana dengan mengingatku. Itu cukup membuatku tersenyum.

Hal pokok yang menjadi awal dari kisahku adalah seorang gadis cantik berkulit coklat yang beberapa waktu dekat ini menjadi perioritas doa harianku. Ia sebenarnya bukan orang baru dalam hidupku, tapi juga tidak bisa dibilang orang lama.

Dia teman SD ku. Kami sempat berpisah selama sepuluh tahun karena keluarga ku memutuskan untuk pindah rumah ke kota lain yang jaraknya tidak bisa dibilang dekat dengan posisiku saat itu. 

Ah, aku tidak tau banyak tentangnya. Seingatku, dia hanya anak perempuan kecil nakal yang hobi membuat darahku naik tiap pagi akibat celotan nyinyirnya yang berkumandang. Hanya itu yang aku ingat. Selain gigi kelincinya dan dan mukanya yang bulat seperti bakpao. 

~empat tahun lalu,

 Tuhan menyuruhku untuk pulang ke rumah lama. Ya, rumah lama yang lokasinya sekampung dengan rumahnya.  Jujur, aku ingin bertemu dengannya meskipun hanya sekali. Tapi, hingga saat ini, hawa rindu belum juga berbelas kasihan padaku. 

Kuputuskan liburan di kampung halaman. Serasa mengorek kisah lamaku, akupun sumringah melewati drpan rumah hijaunya hingga tak terasa, aku mengendarai sepeda sambil dlcelingukan. Harapku pada Tuhan, "sekali saja Tuhan... kumohon".

~rumah lamaku menyambut. Hangat merasuk ke relung batinku. Aku ingin tinggal disini lebih lama. 

Berhari hari, ku lewati jalan setapak, ku pelankan sepeda ku saat melewati bangunan hijau itu,, berharap sosok bermuka bulat itu tiba tiba muncul dadakan, dan membuat jantungku berontak. Sayang, hingga tujuh hari aku pulang, tak sedetik pun aku menjumpai sosoknya. 

Tak sabar, tak tahan dan jujur, aku ingin tau ia kemana. Hanya nenek yang sepertinya tau persis dimana perempuan itu berada. 

~menyesal..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun