Mohon tunggu...
Dedi Dwitagama
Dedi Dwitagama Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Pendidik yang bermimpi makin banyak anak negeri yang percaya diri dan berani berkompetisi. Mengajar Matematika di SMKN 50 Jakarta - Blogger sejak 2005: http://dedidwitagama.wordpress.com, http://fotodedi.wordpress.com dan http://trainerkita.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mudik Kini Jadi Tantangan, Kebanggan Buat Diceritakan

4 April 2020   11:42 Diperbarui: 4 April 2020   16:12 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi www.balingbambu.com

Mencari jalur tikus yang tak terdeteksi tim screening pemerintah daerah atau pengalaman menjalani karantina di saat kejadian yang luar biasa ini adalah tantangan dan pengalaman luar biasa yang bisa jadi bahan cerita sepanjang hayat, sebuah kebanggan hidup, karena kebanggaan hakiki jarang dimiliki penduduk negeri ini,  Jakarta yang sepi dan sulit mendapat penghasilan bisa mendorong mereka tetap mudik.

Mudik, satu kata yang nilainya sangat beragam, ada yang rela harus mengeluarkan puluhan juta rupiah hanya untuk transportasi dari benua lain, dan selama di kampung halaman, untuk menjumpai sanak keluarga, kenangan masa kecil, apalagi untuk yang masih memiliki orang tua, saatnya menunjukkan, rasa hormat dan cintanya pada orang yang melahirkan. 

Ada yang hanya memiliki sepeda motor, bajaj (angkutan roda tiga) pinjaman bosnya, bermodalkan puluhan ribu rupiah, menapaki ratusan kilometer berpanas hujan menempuh perjalanan mudik ke kampung halaman.

Ada keluarga yang tak punya kampung halaman, karena suami istri dan orang tuanya berasal dari Jakarta, setiap lebaran mereka melakukan perjalanan ke luar kota, megikuti arus mudik, ke jawa tengah, kadang ke jawa timur, beristirahat di rest area, pom bensin.

Kadang singgah di hotel dan jika beruntung mendapat kontak saaat diperjalanan dari relasi yang sedang berada di kampung halaman yang tak jauh dari posisi mobil mereka, mampirlah keluarga yang tak punya kampung halaman itu beberapa jam, kadang bermalam sambil menikmati kuliner yang khas di daerah itu.

Anak-anak muda atau orang dewasa yang gemar berkendara sepeda motor karena hobby atau terpaksa, berangkat ke kampung halaman dengan kendaraan roda dua, kadang sendiri, tak sedikit yang membonceng istri dan anak-anaknya dengan tambahan barang bawaan, pakaian dan oleh-oleh untuk keluarga di kampung halaman.

Setelah musim mudik, perhatikan isi perbincangan di resto, warung kopi, warteg, blog, angkutan umum, tempat kerja, dsb, selalu ada teman yang sangat bersemangat menceritakan perjuangan mudik terakhir dibumbui berbagai cerita dari pengalaman perjalanan ke kampung halaman, mengabarkan strategi, membandingkan konsumsi behan bakar kendaraan masing-masing, tempat makan yang enak, dan banyak lagi. 

Mereka yang tak mudik, hanya bisa jadi pendengar yang baik atau cuma bisa menceritakan kembali pengalaman rekannya yang lain yang sudah di dengarnya terlebih dahulu.

Tahun ini awalnya pemerintah melarang mudik, tapi kemudian dirubah dengan menghimbau bagi penduduk Jakarta yang sudah jadi zona merah agar tidak mudik. 

Beberapa kepala daerah sudah mengabarkan telah mempersiapkan prosedur pemeriksaan KTP di pintu masuk daerahnya, jika ditemukan penduduk asal Jakarta akan dikenakan karantina di suatu tempat yang telah disediakan, dikabarkan daya tampungnya bisa ratusan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun