Mohon tunggu...
Dwi Retno Rahayu
Dwi Retno Rahayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Siber Asia

Prodi Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengenal Climate Change, Sebuah Akibat Kelalaian atau Siklus Alami?

24 Mei 2022   23:49 Diperbarui: 25 Mei 2022   11:47 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://climateknowledgeportal.worldbank.org/country/indonesia

Manusia dengan masing-asing pendapatnya.

Dimana bumi tetap berjalan bahkan ketika kita diam, karena waktu tidak menunggu dan tidak berpihak. Ketika manusia dengan ego kemanusiaannya dihadapkan kepada pertanyaan yang sam maka aka nada banyak warna jawaban yang berbeda. Membahas mengenai perubahan iklim pun sama,sebab data tidak selalu menjadi acuan setiap individu, seringkali keyakinan kosong menjadi landasan bersikap. Maka dari itu perlu adanya pengetahuan yang lebih untuk dapat merubah arah dan sudut pandang untuk saling mendungi. 

Banyak sebagian dari orang-orang yang belum mengetahui apa itu perubahan iklim dan bahayanya, bahkan saat dengan tanpa mereka sadari merasakn dampaknya. Jadi apa itu climate change atau perubahan iklim? Dikutip dari laman suara.com ,dengan menyimak penjelasan dari PBB dalam website resmi United Nation(UN) menjelaskan bahwa perubahan iklim merupakan sebuah dampak jangka panjang mengenai suhu dan pola cuaca. Pada dasarnya perubahan suhu dan pola cuaca merupakan hal yang lumrah terjadi sebagai siklus alami berdasarkan variasi siklus matahari. Tetapi yang terjadi saat ini sama sekali berbeda dengan siklus alami tersebut, saat ini aktivitas manusia yang menjadi factor utama terjadinya hal tersebut. Aktivitas utama manusia banyak menyumbang emisi karbon dan gas metana yang menyebabkan terjadinya pemanasan global dan efek rumah kaca. Emisi karbon paling banyak disumbangkan oleh sektok energy, industry, transportasi bangunan, pertanian, dan tata guna lahan. Sedangkan tempat pembuangan sampah menjadi penyumbang emisi gan metana terbesar yang turut andil dalam perubahan iklim yang terjadi. Hingga tercatat sejak (2011-2020) suhu bumi meningkat sebanyak 1,1 sejak tahun 1800-an. Itulah sebabnya terik panas matahari yang semakin hari terasa semakin menyengat, dan cuaca yang sangat sulit diprediksi, bahkan hujan bisa tiba-tiba turun saat matahari masih bersinar dengan teriknya. 

Dikutip dari antranews.com BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) telah memberikan peringatan bahwa perubahan ikllim telah berdampak di wilayah Indonesia, hal ini ditandai dengan mencairnya es di Puncak Jaya Papua sebagai dampak meningkatnya suhu dan cuaca ekstim. Mengenai hal tersebut, Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim terapan, Ardhasena sopaheluwakan menjelaskan "Sebagai akibat dari perubahan iklim, tidak dapat dihindari banyak telah terjadi dengan kondisi iklim di Indonesia, salah satunya dalah es di Puncak Jaya yang mulai mencair, hingga saat ini tercatat suhu pada permukaan es di Puncak jaya meningkat lima derajat diatas titik beku". Beliau juga memprediksikan jika hal tersebut terjadi maka dalam beberapa tahun yang kan datang es di Puncak Jaya akan menghilang. 

Perubahan iklim terasa nyata dan logis terjadi melihat pada perkembangan pembangunan di Indoonesia, hal tersebut juga tidak lepas dari pengaruh perkembangan ekonomi di Indonesia. Sebagaiman dilansir dari climateknowledgeportal bahwa perkembangan ekonomi yang berdampak pada berkurangnya kemiskinan yang tercatat 24% pada tahun 1999 menjadi 9,78% pada tahun 2020. Tingkat ekonomi tersebut disertai dengan banyaknya proyek perluasan lahan untuk industry, tempat tinggal, dan lain sebagainya. Sebaliknya perkembangan tersebut nyatanya tidak berbanding lurus dengan akibat yang ditimbulakan, perkiraan kerugian yang diterima dari perubahan iklim dapat mencapai 2,5 sampai 7% dari total GDP negara. 

Perubahan iklim merupakan efek jangka panjang, maka dapat dikatakan bahwa anak-anak atau generasi muda adalah yang akan merasakan lebih banyak lagi efek dari perubahan iklim. Dikutip dari laman unicef.org menurut Debora Comini (UNICEF Representative)," Indonesia berada pada urutan top 50 negara dengan resiko anak terdampak pada perubahan iklim dan mundurnya kualitas lingkungan, tetapi jika kita mau bergerak sekarang maka situasi mungkin bisa membaik". Bukan tidak mungkin itu terjadi melihat pada kondisi lingkungan saat wabah Covid19 menyerang dan aktifitas diluar muali dihentikan, lingkunagn pun menjadi baik dan bersih. Setelah kegiatan mulai dilakukan emisi gas karbon mulai meningkat kembali, disebutkan bahwa Indonesia memiliki resiko paling tinggi akibat emisi tersebut pada peringkat top20 global dengan skor resiko 1,71% di dunia. Perubahan iklim yang terjadi saat ini bukan karena siklus alamiah, tetapi sebagai dampak kegiatan komersil manusia. 

Untuk itu perlu disadari, dari setiap individu pada rasa tanggung jawab bersama untuk dapat berubah bersama. Sebagaiman dampak yang telah dijelaskan tidak hanya pada jangka pendek tetapi hingga sampai masa depan anak nantinya, isu ini menjadi sangat penting untuk diketahui dan ditindak lanjuti, dimuali dari diri sendiri untuk semua di masa yang akan datang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun