Mohon tunggu...
Dwi Meilani Hasmiyatni
Dwi Meilani Hasmiyatni Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru hobi menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Strategi Memunculkan Nilai dan Peran Guru Penggerak dalam Mewujudkan Visi dan Budaya Positif di Sekolah

23 Desember 2022   19:19 Diperbarui: 25 Februari 2023   01:44 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

       Di ruang kelas kadang kita tidak mengindahkan keyakinan kelas. Padahal keyakinan kelas itu penting. Keyakinan kelas itu penting karena sebagai fondasi dan arah tujuan sebuah sekolah/kelas, yang akan menjadi landasan dalam memecahkan konflik atau permasalahan di dalam sebuah sekolah/kelas.Setiap tindakan atau perilaku yang kita lakukan di dalam kelas dapat menentukan terciptanya sebuah lingkungan positif. Perilaku warga kelas tersebut menjadi sebuah kebiasaan, yang akhirnya membentuk sebuah budaya positif. Untuk terbentuknya budaya positif pertama-tama perlu diciptakan dan disepakati keyakinan-keyakinan atau prinsip-prinsip dasar bersama di antara para warga kelas. Keyakinan adalah  nilai-nilai kebajikan atau prinsip-prinsip universal yang disepakati bersama secara universal, lepas dari latar belakang suku, negara, bahasa maupun agama. Menurut Gossen (1998), suatu keyakinan akan lebih memotivasi seseorang dari dalam, atau memotivasi secara intrinsik. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan. Murid-murid pun demikian, mereka perlu mendengarkan dan mendalami tentang suatu keyakinan, daripada hanya mendengarkan peraturan-peraturan yang mengatur mereka harus berlaku begini atau begitu.

Pemenuhan Kebutuhan Dasar. 

         Seluruh tindakan manusia memiliki tujuan tertentu. Semua yang kita lakukan adalah usaha terbaik kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan, sebetulnya saat itu kita sedang memenuhi satu atau lebih dari satu kebutuhan dasar kita, yaitu (1) kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), (2) kasih sayang dan rasa diterima (love and belonging), (3) kebebasan (freedom), (4) kesenangan (fun), dan (5) penguasaan (power). 

         Sebagai seorang guru kita harus menyadari ketika seorang murid melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan, atau melanggar peraturan, hal itu sebenarnya dikarenakan mereka gagal memenuhi kebutuhan dasar mereka. Kebutuhan dasar  menjadi motif dari tindakan manusia baik murid maupun guru. Dampak tidak terpenuhinya kebutuhan dasar adalah  pelanggaran peraturan dan tindakan yang tidak sesuai dengan nilai kebajikan. Inilah yang terkadang tidak disadari oleh guru. Terkadang saya sering mengacuhkan kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi oleh murid ketika murid melakukan pelanggaran.Hal tersebut menjadi tamparan keras bagi saya sebagai seorang guru. 

        Berdasarkan hal tersebut maka peran dan sekolah guru dalam upayanya menciptakan lingkungan belajar dan pemenuhan kebutuhan anak yang beragam sangat diperlukan.Tentunya sebagai guru kita ingin mereka memasukkan hal-hal yang bermakna dan nilai-nilai kebajikan yang hakiki ke dalam dunia berkualitas mereka. Bila guru dapat membangun interaksi yang memberdayakan dan memerdekakan murid memenuhi lima kebutuhan dasar murid, maka murid akan meletakkan dirinya sendiri sebagai individu yang positif dalam dunia berkualitas karena mereka menghargai nilai-nilai kebajikan.

Posisi Kontrol

         Konsep Budaya Positif yang selanjutnya  adalah Lima Posisi Kontrol. Diane Gossen dalam bukunya Restitution-Restructuring School Discipline (1998) mengemukakan bahwa guru perlu meninjau kembali penerapan disiplin di dalam ruang-ruang kelas kita selama ini apakah telah efektif, apakah berpusat memerdekakan dan memandirikan murid, bagaimana dan mengapa?

        Gossen berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah (1) Penghukum (menggunakan hukuman fisik maupun verbal), (2) Pembuat Orang Merasa Bersalah (menggunakan keheningan yang membuat orang lain merasa tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri), (3) Teman (menggunakan hubungan baik dan humor untuk mempengaruhi seseorang), (4) Monitor (Pemantau) (berdasarkan pada peraturan-peraturan dan konsekuensi) dan (5) Manajer (berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri).

        Dalam praktiknya di sekolah posisi kontrol penghukum dan pembuat orang merasa bersalah masih mendominasi dilakukan oleh sebagian besar guru termasuk oleh saya. Sebelum saya mengetahui lima posisi kontrol ini, dalam penerapan kontrol saya terhadap murid saya sering memberikan hukuman kepada murid bila melanggar aturan atau keyakinan yang telah disepakati atau melanggar tata terbib. Saya tak menyadari kalau ternyata hukuman yang diberikan guru kepada murid itu bisa menyakitkan murid. Hukuman justru akan membuat identitas murid menjadi gagal terbentuk budaya positif pada murid.Sungguh sangat mengkhawatirkan. Seharusnya dari kelima posisi kontrol tersebut, agar tercipta lingkungan positif yang memunculkan budaya positif maka diperlukan peran guru diposisi sebagai manajer dalam menghadapi permasalahan siswa di sekolah. Posisi manajer ini  berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri.

Restitusi

      Restitusi sebagai salah satu cara menanamkan disiplin positif pada murid sebagai bagian dari budaya positif di sekolah. Penerapan restitusi dapat membimbing murid berdisiplin positif agar menjadi murid merdeka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun