Mohon tunggu...
Dwi Marfuji
Dwi Marfuji Mohon Tunggu... Administrasi - Runner, pingin hidup sehat dan syukur manfaat buat orang lain

Sesantai gambarnya...\r\n\r\n@dwimarfuji

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ini Kutulis Untukmu (Kata yang Tak Sempat Terucap)

13 Februari 2017   15:09 Diperbarui: 13 Februari 2017   15:16 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pernikahan sekali seumur hidup ditambah suasana yang sacral dan hangat merupakan idaman sebagian besar para lajang, lantas bagaimana dengan mu?Tidak sok tahu, namun tanpa harus  Kau jawab, tindakan, perbuatan dan tutur katamu bisa jadi semakin menunjukan dan menguatkan bahwa Engkau merupakan salah satu dari sebagaian besar tersebut, betul?

 Hari dimana Engkau membaca tulisan ini merupakan hari yang sangat melegakan bagiku dan juga tentunya bagimu, karena kau sedang berjalan melalui fase penting kehidupan, bukankah ini satu hal yang sangat membahagiakan?bukankah ini berarti penantian panjangmu telah berakhir?bukankah ini berarti pula gerbang yang Kau tuju telah terbuka lebar?

Beberapa hari lalu, diakhir sepertiga malam.

Tepat diawal Januari 2017 kuputuskan untuk mulai menulis ini untukmu, entah apakah ini terlalu naïf atau tidak, akankah Kau sempat membacanya atau tidak, terlebih ditengah segala kesibukan dan kerepotan persiapan hingga hari pernikahanmu, namun diluar itu semua ku lebih takut lagi bila tak bisa menyampaikan padamu secara langsung seperti hari-hari sebelumnya, pun demikan tulisan ini tidak juga berararti sesuatu yang sangat penting sehingga Engkau pun tak harus terbebani untuk menghabiskan waktu, demi memaknai kata demi kata yang tersusun beribu-ribu baris ini, lagi pula entah ini berguna atau tidak, entah ini ada manfaat atau tidak pun tak berani kugaransi, anggap saja seperti saat kita ngobrol biasa dihari sebelum-sebelumnya, bila ada manfaat ambil dan bila lebih banyak omong kosong Kau bisa tinggalkan,

Barisan kata dan rangkaian kalimat yang kutuliskan tidak tau apakah ejaannya benar atau tidak, sesuai EYD atau tidak, hingga  tatanan ide pokok dan aturan kepenulisan entah terlalu jauh terlompati atau tidak, jujur ku tak banyak tau tentang itu, namun kali ini aku menutup mata dan telingaku dari banyak aturan menulis meski ku tetap sekuat tenaga mengikuti, menegakan semampu yang kubisa, disini yang ku maksudkan hanya sedikit menuangkan beberapa hal yang sekian lama bergelantungan dipikiranku, tadinya ingin kusampaikan beberapa secara langsung, namun jangankan beberapa, ternyata tak satu pun dari sekian banyak yang mampu kusampaikan, entah didepanmu akhir-akhir ini mulutku kaku, sangat berat seolah terkunci mati bahkan untuk sekedar berbagi rasa pun terseok-seok apalagi membicarakan tentang hal-hal berat, tentang pernikahan, tentang kehidupan.

Selanjutnya kabar tentangmu, aku sangat bahagia pertama kali mengetahuinya, jauh-jauh sebelum hari ini, bahkan sedari kau belum tumbuh,  meski secara kasatmata tak banyak perhatian yang kucurahkan, tak terlihat kepedulianku terhadapmu, bahkan terkadang lebih banyak terlihat sangat cuek namun sebenarnya  bahagiamu-bahagiaku, susah-senangmu, susah senang ku pula, kesemuanya yang ada padamu berbanding lurus dengan yang ada padaku.

Ribuan, jutaan atau mungkin miliaran huruf ini pada akhirnya kuserahkan padamu, terserah akan kau dekap, kau baca atau ini akan berhenti di kotak yang tak satu pun orang mau berlama-lama didekatnya. Sejujurnya aku tak tau, entah ini akan bermanfaat atau tidak, kutulis ini untukmu sebenarnya hanya untuk satu tujuan, dan bila sesuatu terjadi, hingga semua kertas dan tinta musnah dari muka bumi ini atau bahkan bila aku hanya diberi satu menit waktu dunia untuk mengatakannya hingga tak sempat menyampaikan seluruh barisan kata disini tak menjadi masalah bila satu tujuan, satu kalimat tersebut telah kusampaikan sebelum yang lainnya, apakah terlalu naïf bila aku mengatakan ini sekarang “Terimakasih Kau telah mewarnai hidup ini, tumbuh besar bersamamu merupakan satu kebanggaan sekaligus karunia Allah yang tiada tara, aku sangat bahagia dengan pernikahanmu, berbahagialah hari ini dan seterusnya dan mudah-mudahan Engkau dengannya Jodoh dunia akhirat.

Dulu, 14 tahun sebelumnya

Masih sangat segar dalam ingatanku, hari itu seolah memang harimu, kaki kecilmu melangkah gesit, penuh ketenangan dan sedikit senyum, kau selalu menampakan wajah seperti itu bahkan hingga kini, mungkin bisa jadi orang yang baru melihatmu mengiramu tampak seperti itu sepanjang hari, padahal kau tak seperti kelihatannya, kau tak hanya berparas  diluar saja, setiap hal tentangmu kelihatannya berasal dari dalam, tak ada sedikit waktu pun untuk kepura-puraan dan untuk kepalsuan, kau  bisa jadi mengenalkan diri pada dunia sebagai seorang perfeksionis namun bisa jadi dalam waktu bersamaan kau sanguinis, atau entahlah teori kepribadiaan tersebut tampaknya sedikit membingungkan, akhir-akhir ini bahkan tampak tak begitu bisa diterapkan didunia asumsiku, yang ku tau , dengan kedatanganmu disatu acara, kapanpun, dimanapun, menerbitkan suasana orang-orang didalamnya. Memang kusadari akan hal ini belum lama, seiring kesibukanku meningkat hingga itensitas bertemu denganmu pun tak lebih dari hitungan jari, namun demikian tak pantas ada celah untuk keluh kesah bagiku ketika semua sudah diusahakan dengan pilihan cara yang terbaik.

Seperti biasa, Engkau selalu menyiapkan segala hal dengan baik, bahkan hingga detail-detail kecil yang terkadang ku tak bisa menjangkaunya, mungkin kebanyakan orang lain juga belum tentu, namun kau sungguh berbeda, Kau benar-benar berhasil menyiapkannya dengan sangat baik sehingga sebenarnya sudah tak banyak yang perlu disampaikan, namun biarlah aku yang tidak tahu apa-apa ini berbagi rasa, berbagi  hal-hal sederhana yang pernah kudengar dan kulihat, disini memang ada yang kualami sendiri secara langsung, namun sangat terbatas, kau tau sendiri bagaimana pembawaanku sehari-hari, Engkau cukup mengambil yang bisa kau ambil jadikan pelajaran, selebihnya tinggalkan saja, karena semua hal tersusun saling berdampingan. Akan kuawali saja dan pena kan ku goreskan, mudah-mudahan ada manfaat yang bisa diambil

PEMURNIAN NIAT 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun