Mohon tunggu...
Dwi Klik Santosa
Dwi Klik Santosa Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menulis Dongeng Nusantara dan Menulis Apa Saja demi Memanja Kecintaan kepada Hidup yang Damai dan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menteri Jokowi Bodoh karena Korupsi

7 Oktober 2023   13:45 Diperbarui: 7 Oktober 2023   15:39 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sudah berapa menteri di zaman pemerintahan Jokowi menjadi bodoh dan tolol karena melakukan kesalahan menjijikkan, yaitu korupsi? 

Kita sama-sama tahu, korupsi itu jahat. Sangat jahat karena menjegal hak kesejahteraan dan keadilan rakyat. Untung apa para menteri itu melakukan korupsi? Memang seakan-akan bisa menjanjikan hidup yang senang, bergaya hidup mewah dan serba mahal menjadi kesukaannya. 

Tapi apa hebatnya? Kalau semua itu dicapai dengan cara merampok hak rakyat. Uang bansos hingga ratusan milyar rupiah untuk menolong rakyat miskin, kok tega juga dikorupsi? Dimana empati dan peduli kemanusiaannya? Bukankah Pak Menteri tahu, bahwa rakyat kita sedemikian susah dan perlu dibantu? 

Begitupun proyek internetisasi untuk pemerataan membela hak-hak rakyat yang hidup di daerah 3 T, tertinggal, terluar dan terpencil, tidak main-main, bahkan hingga mencapai 8 triliun rupiah ditilap juga. Bagaimana bisa Indonesia kita akan merasakan keadilan dari negara, jika hak-hak untuk maju dan pintar itu justru berbelok ke kantong-kantong pribadi? 

Itu menteri sudah kelewatan jahat dan bejatnya. Kok bisa orang seperti itu jadi menteri? Salah siapakah? Salah Presiden Jokowikah? Tetapi bukankah beliau tidak pernah mengajari para menterinya untuk bertabiat culas, licik dan picik. Apalagi bejat dan jahat tega melakukan korupsi. 

Bukankah Pak Jokowi selama ini selalu mengingatkan dengan keras dan tegas. Siapapun yang berani melakukan korupsi akan disikat, tanpa pandang bulu. Bukankah sebagai presiden, selama ini beliau juga memberikan contoh dan teladan yang baik kepada siapapun. Sederhana, bersahaja dan tidak melakukan perbuatan terkutuk yang sangat merugikan negara dan rakyat. Tentunya para menteri mau meneladani kebaikan itu dari presidennya. 

Bahkan hari ini, Menteri Pertanian pun jadi ikut berurusan dengan pengadilan dan sepertinya sebentar lagi akan menyusul kawan separtai itu masuk bui. Setelah Korupsi proyek menara BTS Kominfo itu, sudah 2 menteri disumbangkan Partai Nasdem sebagai daftar terbaru pejabat koruptor. 

Mungkin Pak Jokowi kecewa dan marah, karena meski diteladani sedemikian rupa, toh para menterinya lebih memilih jadi penjahat. Lebih memilih ruang gelap penjara sebagai hotelnya menginap, dan tentu kelak jika mati akan terperosok ke dalam api neraka sebagaimana hal itu diyakinkan oleh semua agama. Bagi yang jahat dan serakah, suka mengambil sesuatu yang bukan haknya apalagi demi untuk kepentingannya pribadi, maka akan ditempatkan di rumah api terpanas untuk membalas kedunguan atas kejahatannya itu. 

Kenapa korupsi itu terus berulang dan selalu dilakukan? Justru oleh para pejabat negara yang notabebe adalah para pemimpin yang bisa menjadikan jabatannya itu sebagai cara untuk melakukan amal kebaikan? Apakah para menteri itu tidak meyakini bahwa dengan beramal maka akan membawanya kelak ke kehidupan sorga? 

Kita jadi boleh mengenang kata-kata mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok, yang menurut saya punya kandungan pemikiran yang  fundamental. Yaitu bahwa, dengan menjadi pejabat negara, maka akan menjadi cara beramal yang paling taktis dan efektif. Karena jika ketika menjadi pejabat, mereka amanah dan pandai dalam berstrategi dalam memihak keadilan untuk seluruh rakyat, niscaya APBD dan APBN yang memang seharusnya dikucurkan untuk pembangunan demi kemajuan dan kemaslahatan rakyat akan bisa dan mampu sejatinya menjamin teeciptanya asas keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. 

Tetapi apa mau dikata, para menteri dan banyak pejabat kita yang lebih suka jadi bajingan dan menjadi sampah bagi peradaban. Karena lebih suka mengabaikan perannya itu untuk beramal dan menghadirkan kemajuan untuk kehidupan bangsa dan berkhianat kepada rakyat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun