Sebab itu pada 1962 setelah SM Kartosuwirjo ditangkap, DI/TII resmi dibubarkan, karena dianggap organisasi tidak resmi dan memang Kurangnya dukungan dari masyarakat, khususnya masyarakat yang sempat menjadi korban pemberontakan, sehingga membuat perlawanannya cepat berakhir.
Setelah sepercik tragedi tersebut ditilik kembali, sedikitnya pasti muncul kesadaran dalam diri kita. Mengingat Negara kita tidak dihuni oleh satu agama. Bahkan  perjuangan yang dilakukan untuk membangun nasion ini bukan hanya dari satu ras saja. Tapi semua-muanya, tak kenal apa itu pahlawan, karna pahlawan itu lahir dari diri mereka sendiri, mereka yang ikut memperjuangkan tanah airnnya, dan mereka yang bergotong royong membangunnya tanpa pandang bulu. Sistem demokrasi yang membudaya sejak proklamasi didengungkan memang masih sangat layak digunakan hingga sekarang. Di Indonesia ini.
Dengan memanfaatkan sifat toleransi yang sudah masuk dalam diri kita sejak lama, budaya turun temurun sejak zaman kerajaan, sebesar apapun persoalannya, jika kita mau berGotong royong hasil terbaik pasti akan sangat bisa diupayakan.
Seperti yang dikutipan dari Buku "Sekali Peristiwa di Banten Selatan"Â yang ditulia Pramoedya Ananta Toer:
"Kalau kita semua tidak mau bersatu, kita semua akan berkelahi terus menerus satu dengan yang lain. Apa akhirnya? Akhirnya barang siapa yang kuat, dia berubah menjadi binatang buas...."(Hal.76).
Info lain:
* DI didirikan oleh majlis syuro yang dihadiri oleh perwakilan ulama-ulama dari beberapa gerakan umat Islam Indonesia. Dan Kartosuwiryo ditunjuk oleh kesepakatan Syuro, oleh suara perwakilan umat Islam Indonesia untuk menjadi pemimpin.
Majelis Syuro Muslimin Indonesia, adalah organisasi masyarakat yang dibentuk Jepang pada 1943 untuk meredam potensi pemberontakan yang mungkin dikerahkan kelompok Islam. Karna isu ini, setelah pembubaran DI/TII. Majelis Syuro ikut dibubarkan (pada masa pemerintahan Soekarno).(Sumber:https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201107112509-32-567049/sejarah-masyumi-partai-1945-yang-resmi-aktif-kembali)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI