Mohon tunggu...
dwi fitriyani
dwi fitriyani Mohon Tunggu... Mahasiswa

Don't be late for everything

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Peristiwa Heroik Pasca Kemerdekaan Indonesia: Pertempuran 5 Hari di Semarang

30 Juni 2025   17:32 Diperbarui: 30 Juni 2025   17:32 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jepang diketahui menyerah kepada Indonesia pada tanggal 15 Oktober 1945  dengan pernyataan oleh Kaisar Hirohito bahwa mereka telah kalah dari sekutu. Hal itu, dijadikan kesempatan emas oleh bangsa Indoensia khususnya Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamsikan kemerdekaan Indonesia dan membuat naskah proklamasi. Setelah banyak pertimbangan dan diskusi, pada tanggal 17 Agustus 1945, di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat. Walaupun Indonesia sudah memproklamasikan kemerdekaannya, tampaknya orang-orang Jepang masih tidak bisa menerima fakta bahwa mereka sudah kalah dan diharuskan mundur dari wilayah yang didiami. Salah-satu wilayah yang masih di dudki oleh Jepang adalah Semarang. Para tentara Jepang ditawan dan dilucuti senjatanya oleh para masyarakat Semarang sehingga tentara Jepang pun melakukan aksi atau pertemupran selama 5 hari di Semarang. 

Latar Belakang

Pertempuran 5 hari di semarang dipicu oleh sebagian besar tentara Jepang yang tiba-tiba melakukan pemberontakan dan penyerangan terhadap polisi di Pabrik Gula Cepiring pada tanggal 14 Oktober 1945 pukul 20.30. Para tentara dan bekas orang Jepang tersebut setelah melakukan pemberontakan terhadap polisi Indonesia kemudian melarikan diri ke Jatingaleh dan bergabung dengan pasukan Kidobutai yang dipimpin oleh Mayor Kido. 

Tidak hanya dipicu oleh satu pemberontakan saja, pertempuran 5 hari di Semarang diperparah dengan tertembaknya Dr. Kariadi, seorang Kepala Laboratorium Pusat Rumah Sakit Rakyat (RS Purasara) dan tewas di tempat saat sedang melakukan pemeriksaan sumber mata air di Semarang, lebih tepatnya di Reservoir Siranda di Candi Lama. Kematian Dr. Kariadi menjadi simbol awal dari serangkaian kekerasan dan tragedi mengenaskan yang terjadi selama 5 hari di Semarang. 

Jalannya Pertempuran 

Pada tanggal 15Oktober 1945 waktu dini hari, kebrutalan Jepang dalam merusak fasilitas dan menembak para warga sipil Semarang semakin menjadi-jadi. Awalnya, setelah warga mendengar kabar tentang pembunuhan Dr. Kariadi, badan-badan perjuangan di Semarang bergerak dengan berkoordinasi untuk kembali melakukan perlawanan atau balas dendam. Namun, sebelum aksi tersebut berjalan berita tentang Angkatan Muda di Semarang yang sedang terlibat dalam baku tembak dengan para pasukan Jepang di pusat kota ternyata sudah mulai tersebar. 

Merespon hal tersebut, Pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Semarang langsung bergabung dengan para pemuda dalam aksi, terutama banyak dilakukan di dekat tempat Dr. Kariadi tewas oleh tentara Jepang. Pasukan Jepang menembaki dan terus mengintimidasi warga sipil tanpa alasan yang jelas dan tidak memandang usia. Perilaku yang dilakukan oleh para pejuang Republik ini memicu puncak kemarahan. Sebanyak 2.000 pasukan Jepang dikabarkan melakuakn persiapan untuk membalas serangan terhadap pejuang Republik. Pasukan Jepang dibawah Komando Jenderal Nakamura terus melakukan serangan kepada para pejuang Republik. 

Pertempuran terus berlanjut dengan memakan banyak korban jiwa dan darah-darah para pejuang. Tercatat pada 16 Oktober 1945, pasukan Jepang berhasil merebut Penjara Bulu. Para pasukan Jepang kemudian membebaskan tawanan-tawanan Jepang dan memberikan mereka senjata dan dilibatkan dalam pertempuran. Dalan situasi yang sedang tegang, Gubernur Jawa Tengah yang sedang menjabat yaitu, MR. Wongsonegoro beusaha mencari solusi untuk menhentikan pertempuran ini dengan mengutus Mr. Kasman Singodimedjo untuk melakukan perundingan dengan Jenderal Nakamura. 

Akan tetapi, perundingan tersebut cukup alot dan hasilnya Jepang pun memberikan ultimatum akan membombardir Semarang apabila pasukan dan sejata Jepang tidak dikembalikan. Mr. Kasman pun tidak menerima ultimatum tersebut dan mengatakan kepada Nakamura bahwa bila mereka tetap kukuh untuk menbombardir Semarang, akan ada pertempuran yang lebih besar jika tidak segera melakukan perdamaian. 

Pada akhirnya, Jepang tetap melakukan serangan bom di beberapa lokasi. Pejuang Republik yang telah mengetahui hal ini pun cepat tanggap dan menghindari area terbuka. Pertempuran ini terjadi di empat titik di Semarang, yaitu daerah Kintelan, Pandanaran, Jombang dan di depan Lawang Sewu (Simpang Lima). 

Akhir Pertempuran 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun